Selasa, 18/07/2023 14:35 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Tokoh nasional, Rizal Ramli mengungkap adanya dugaan ambisi terselubung Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) yang ingin memperkaya dirinya dan keluarga melalui cara “dagang kekuasaan” atau influence trading.
Dugaan itu disadari Rizal Ramli dikala Jokowi pernah bertanya mengenai cara menjadi orang terkaya di Indonesia. Saat itu, bekas Anggota Tim Panel Ekonomi PBB tersebut masih menjabat Menko Maritim dan Sumber Daya di era Kabinet Kerja Jilid I.
“Jokowi tanya ke saya, bagaimana caranya masuk daftar jadi 100 orang paling kaya di Indonesia. Saya kaget, saya tanya, Mas mau jadi orang kaya apa Mas tega? Kalau kasusnya nggak jelas, saya nggak mau jawab,” tutur Rizal Ramli di Jakarta.
Jokowi, kata Rizal Ramli, akhirnya memberikan penjelasan soal pertanyaannya yang merujuk pada melonjaknya kekayaan Jusuf Kalla saat menjadi Wakil Presiden hingga tercatat dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia.
Kementrans Siap Wujudkan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru di Kawasan Transmigrasi
Mentrans Iftitah Bertekad Jadikan Transmigrasi sebagai Sektor Ekonomi Baru
Inilah Kasus-kasus Sektor Pertanian Era Jokowi
Rizal Ramli pun menjelaskan bahwa kekayaan pejabat bisa meroket melalui kebijakan yang menguntungkannya dan bisa juga diperoleh dengan cara “dagang kekuasaan” atau influence trading.
“Saat menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era pemerintahan Gus Dur, Pak JK pernah bujukin Gus Dur untuk impor beras 2 juta ton. Saat itu Gus Dur percaya aja dikasih izin, terus Pak JK kasih ke iparnya. Nah, untungnya itu 200 dollar AS/ton, kali 20 juta ton, jadi 400 juta dollar AS.
Sebulan kemudian, Gus Dur akhirnya tahu, Pak JK kemudian digantikan Luhut Panjaitan,” ungkap Rizal Ramli.
Mendengar penjelasan itu, Jokowi, sambung Rizal Ramli, merasa tak tega untuk mengorbankan rakyat, terutama petani dengan mengeluarkan kebijakan impor pangan.
Bahkan, lanjut Rizal Ramli, saat itu Jokowi meminta keluarganya untuk tetap tinggal di Solo dan tidak cawe-cawe dalam urusan politik.
“Saya minta anak-anak saya tetap tinggal di Solo,” tutur Rizal Ramli menirukan ucapan Jokowi.
“Waktu itu aku terharu, kagum, salut. Tapi, setelah saya nggak di situ (red. kabinet), ternyata info yang saya kasih dia praktekan. Dia praktekan ke Gibran dan Kaesang. Lebih ganas pula dibanding keluarga rezim Soeharto,” imbuh Rizal Ramli.
“Tommy Soeharto itu bisa ngaco ngaco setelah Soeharto berkuasa 17 tahun. Anak Soeharto jadi pejabat setelah Soeharto berkuasa 32 tahun, Mba Tutut jadi pejabat itu pun hanya 4 bulan doang."
“Hari ini, Jokowi kuasa 7 tahun, Gibran dan Kaesang diduga KKN. Ini sangat brutal,” tukas Rizal Ramli.
Dugaan KKN itu, jelas Rizal Ramli, adalah perdagangan kekuasaan atau influence trading menggunakan pengaruh orangtuanya yang masih menjadi penguasa.
“Makanya ada pengusaha yang nyumbang gede Rp 150 miliar. Terus ada pengusaha yang juga perusak hutan ya invest di perusahaan abal-abal dia yang lain hingga puluhan miliar. Bisnis ini diduga money laundring, karena dari pasarnya gagal. Puluhan perusahaan itu banyak yang bangrut, tapi duitnya kan masuk. Ini kan cuma untuk salon, permukaan, bisnisnya bangrut tapi kan duitnya masuk. Nah siapa yang inves disitu. Pengusaha yang berinvestasi di situ kan butuh pengaruh, butuh perhatian dari Jokowi,” tandas Rizal Ramli.
Keyword : Tokoh Nasional ekonom Rizal Ramli Jokowi KKN