Minggu, 09/07/2023 18:49 WIB
JAKARTA, Jurnas.com - Korea Utara mengecamBadan Energi Atom Internasional (IAEA) karena menyetujui rencana Jepang untuk membuang air olahan dari pembangkit nuklir Fukushima.
Dikutip dari AFP, IAEA menyetujui rencana Tokyo untuk melepaskan air olahan dari pembangkit nuklir yang dilanda tsunami ke laut selama beberapa dekade mendatang.
Rencana tersebut menimbulkan kekhawatiran di negara-negara tetangga, mendorong China untuk melarang beberapa impor makanan dan memicu protes di Korea Selatan.
Pejabat Kementerian Perlindungan Lingkungan Pyongyang dalam sebuah pernyataan yang diberitakan Kantor Berita Pusat Korea mengatakan, Pelepasan air yang diolah akan memiliki "dampak buruk yang fatal pada kehidupan manusia dan keamanan dan lingkungan ekologis.
"Yang penting adalah perilaku tidak masuk akal dari IAEA yang secara aktif menggurui dan memfasilitasi pembuangan air yang tercemar nuklir yang diproyeksikan oleh Jepang, yang tidak terbayangkan," tambah pernyataan itu.
Sekitar 1,33 juta meter kubik air tanah, air hujan, dan air yang digunakan untuk pendinginan telah terakumulasi di pembangkit nuklir Fukushima, di mana beberapa reaktor mengalami kehancuran setelah tsunami 2011 membanjiri sistem pendingin.
Operator pabrik mengolah air untuk menghilangkan hampir semua unsur radioaktif kecuali tritium, dan berencana untuk mengencerkannya sebelum membuangnya ke laut selama beberapa dekade.
Pernyataan itu muncul saat kepala IAEA, Rafael Grossi mengakhiri kunjungan tiga harinya ke Seoul dengan pertemuan dengan anggota parlemen oposisi, yang mengkritik rencana pembebasan tersebut.
Pada hari Sabtu, Grossi bertemu dengan menteri luar negeri Korea Selatan Park Jin untuk memberi pengarahan tentang temuan agensinya, kata kementerian luar negeri Seoul dalam sebuah pernyataan.
Park meminta "kerja sama aktif dari IAEA untuk verifikasi keselamatan dan jaminan publik", tambahnya.
Setelah pertemuan itu, Grossi mengatakan IAEA akan tetap berada di pabrik Fukushima untuk memastikan keselamatan "di setiap langkah", men-tweet: "Apa yang dimulai sekarang bahkan lebih penting daripada pekerjaan yang dilakukan sejauh ini - pemantauan terus menerus terhadap implementasi rencana tersebut. "
Sumber: AFP