Selasa, 04/07/2023 11:30 WIB
Rio de Janeiro, Jurnas.com - Ahli biologi molekuler di Universitas Federal Rio de Janeiro, Rodrigo Moura Neto, berhasil meneliti tanaman Trema Micrantha Blume yang banyak ditemui di Amerika, namun lebih sering dianggap sebagai gulma.
Ternyata, tanaman tersebut, buah dan bunganya mengandung cannabidol atau CBD, salah satu bahan aktif dalam ganja. CBD sering kali digunakan sebagai pengobatan untuk epilepsi, autisme, kecemasan, dan nyeri kronis.
Yang terpenting, sebagaimana dikutip dari AFP pada Selasa (4/7), tanaman mirip ganja itu tidak mengandung tetrahydrocannabinol atau THC, zat psikoaktif yang membuat pemakainya mengalami halusinasi atau akrab disebut `giting`.
Penemuan ini membuka peluang penggunaan sumber CBD baru tanpa komplikasi dan efek samping seperti ganja, mengingat ganja masih tetap bersifat ilegal di banyak negara.
Yogi Gemblez dan Epy Kusnandar Ngaku Gunakan Ganja Untuk Kebutuhan Pribadi
Ini Bahayanya Menambahkan Garam Meja ke Dalam Makanan
PDIP Tugaskan Ganjar Bantu Pemenangan Pilkada 2024
"Sungguh luar biasa menemukan tanaman (dengan CBD tetapi) tanpa THC, karena Anda menghindari semua kekacauan di sekitar zat psikotropika," kata Moura Neto yang menghabiskan waktu lebih dari lima dekade untuk meneliti.
"Tanaman itu potensinya sangat besar," imbuh dia.
Tim Moura Neto yang beranggotakan 10 orang baru-baru ini memenangkan hibah publik sebesar US$104.000 untuk memperluas proyeknya. Harapannya, ilmuwan bisa mengetahui metode terbaik untuk mengekstrak CBD dari tanaman trema, dan mempelajari keefektifannya sebagai pengganti ganja medis.
Keyword : Pohon Terma Ganja Halusinasi Cannabidol Studi Ilmiah Penelitian