Jum'at, 17/03/2023 09:30 WIB
JAKARTA, Jurnas.com - Anggota parlemen Eropa meminta Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (16/3) untuk melakukan penyelidikan independen terhadap gelombang keracunan yang menimpa siswi di Iran.
Lebih dari 1.000 siswi jatuh sakit setelah diracun sejak November, menurut media pemerintah dan pejabat di Iran. Beberapa politisi menyalahkan kelompok agama yang menentang pendidikan anak perempuan.
Dalam sebuah resolusi, Parlemen Eropa mengutuk "sekeras-kerasnya, upaya mengerikan untuk membungkam perempuan dan anak perempuan di Iran".
Parlemen juga mendesak negara-negara anggota Uni Eropa untuk memfasilitasi penerbitan visa, suaka, dan hibah darurat bagi mereka yang perlu meninggalkan Iran, "khususnya perempuan dan anak perempuan".
PBB Khawatirkan Bantuan ke Gaza saat Israel Lancarkan Serangan ke Rafah
Apresiasi Sidang Majelis Umum PBB, HNW: Indonesia Harus Terus Dukung Palestina Merdeka
Bukan Hanya Mahasiswa, Anggota Staf Uni Eropa Ramai-ramai Protes Perang Israel di Gaza
Penyakit di sekolah telah menambah kemarahan publik pada pihak berwenang, yang sudah memuncak setelah kematian seorang wanita muda September lalu saat berada dalam tahanan polisi moralitas, yang memicu protes anti-pemerintah terbesar di Iran selama bertahun-tahun.
Beberapa aktivis menuduh pembentukan mendalangi peracunan sebagai balas dendam atas fakta bahwa siswi bergabung dalam protes.
Pemimpin tertinggi Iran mengatakan awal bulan ini bahwa peracunan siswi adalah kejahatan "tak termaafkan" yang harus dihukum mati jika disengaja, lapor TV pemerintah.
Iran telah menangkap beberapa orang yang katanya terkait dengan gelombang peracunan dan menuduh beberapa koneksi ke "media pembangkang berbasis asing".
Sumber: Reuters
Keyword : Keracunan Siswi di IranPBBUni Eropa