Kamis, 16/02/2023 22:44 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Kalangan dewan menilai target penurunan stunting 14 persen yang dicanangkan pemerintah membutuhkan kerja ekstra keras. Selain itu, diperlukan juga sosialisasi masif kepada para ibu muda dan calon pengantin harus pula digencarkan.
"Untuk sampai 14 persen butuh kerja ekstra yang melibatkan semua pihak tidak saja pemerintah pusat tapi juga Pemda hingga aparat desa. Dari sisi realita sudah cukup bagus dari 24,4 persen menjadi 21,6 persen. Ini buah kolaborasi dan kerja keras," jelas Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo, Kamis (16/2).
Menurut dia, banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stunting pada anak, salah satunya kemiskinan dan pernikahan dini. Politikus PDIP itu melanjutkan, pada 1000 hari pertama usia anak, harus betul-betul tercukupi gizinya untuk mencegah stunting.
“Namun, pada anak usia 2 tahun yang mengalami stunting, kesembuhannya tidak bisa maksimal. Mungkin hanya sekitar 20 persen saja,” terangnya.
DPR Dukung Rencana Jokowi Bentuk Satgas Pemberantasan Judi Online
Anggota DPR Minta KKP Ciptakan Teknologi Budidaya Ikan
DPR Pastikan Pembentukan Panja Korupsi Timah Tak Ganggu Penyidikan Kejagung
Untuk itu, ia menyerukan agar semua pihak memberi perhatian serius atas kasus ini. Di Indonesia sendiri ada enam provinsi yang angka stuntingnya tinggi, yaitu Papua, Papua Barat, Sulawesi Barat, NTB, Sumatera Barat, dan Kaltim.
"Yang di atas 2 tahun, saya kira peluang untuk sembuh dari stunting cukup berat, 20 persen saja. Selama 1 setengah tahun ini kita harus fokus pada dua hal. Pertama, promotif preventif stunting kepada ibu-ibu muda dan calon-calon pengantin. Kedua, kita fokus juga ke 1000 hari pertama dari mulai dinyatakan positif hamil sampai 2 tahun. Kita dampingi terutama dari keluarga miskin. Siapa yang dampingi, ya kepala desa, RT/RW, dan Posyandu. Kita bisa bergotong royong," urai Rahmad.