Rabu, 04/01/2023 21:32 WIB
JAKARTA, Jurnas.com - Pihak berwenang Pakistan memerintahkan pusat perbelanjaan dan pasar tutup pada pukul 8.30 malam sebagai bagian dari rencana konservasi energi baru yang bertujuan meredakan krisis ekonomi di negara tersebut.
Dikutip dari AP, langkah itu dilakukan di tengah pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Mohammad Asif dan Menteri Kekuasaan Ghultam Dastghir mengatakan pemerintah memutuskan untuk menutup perusahaan lebih awal sebagai bagian dari rencana konservasi energi baru yang disetujui oleh Kabinet.
Pihak berwenang juga memerintahkan ruang pernikahan dan restoran tutup pada pukul 22:00.
Ditemukan Nyaris Mati, Baboo Harimau Bengal Kini Siap Dilepasliarkan di Afrika Selatan
Serukan Protes, Imran Khan Calonkan Omar Ayub Jadi Perdana Menteri Pakistan
Shehbaz Sharif Bersiap Duduki Jabatan Tertinggi di Pakistan Usai Kakaknya Mundur
Pemerintah mengharapkan langkah-langkah ini untuk menghemat energi dan mengurangi biaya minyak impor, yang menghabiskan US$3 miliar per tahun oleh Pakistan. Di Pakistan, sebagian besar listrik dihasilkan dengan menggunakan minyak impor.
Sejauh ini, ada reaksi beragam dari perwakilan pusat perbelanjaan, restoran, dan pemilik toko yang menginginkan pemerintah membatalkan keputusan tersebut.
Banyak orang Pakistan berbelanja dan makan di restoran hingga tengah malam.
Para pemimpin bisnis mengatakan langkah-langkah baru itu akan berdampak negatif pada perusahaan mereka, yang menderita selama pandemi di bawah penguncian yang diberlakukan pemerintah untuk menahan penyebaran virus corona. Sejak 2021, virus corona telah menyebabkan 36.000 kematian dari 1,5 juta kasus di Pakistan.
Pakistan saat ini sedang berunding dengan IMF untuk melunakkan beberapa persyaratan pada dana talangan US$6 miliar, yang menurut pemerintah akan menyebabkan kenaikan inflasi lebih lanjut.
Dana tersebut merilis tahap penting terakhir sebesar US$1,1 miliar untuk Pakistan yang kekurangan uang pada Agustus. Sejak itu, terjadi kebuntuan dalam pembicaraan antara kedua pihak.
Pakistan mengatakan banjir dahsyat musim panas lalu menyebabkan kerusakan ekonomi negara hingga US$40 miliar, sehingga menyulitkan pemerintah untuk memenuhi beberapa persyaratan IMF, termasuk kenaikan harga gas dan listrik serta pajak baru.