Waspadai Varian COVID-19, Korea Utara Perketat Aturan untuk Warga China

Jum'at, 30/12/2022 11:50 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Korea Selatan akan memberlakukan tes COVID-19 negatif untuk pelancong dari China dan membatasi visa jangka pendek untuk warga Tirai Bambu tersebut. 

Pelancong dari China akan diminta untuk memberikan tes PCR negatif dalam waktu 48 jam setelah keberangkatan atau tes antigen cepat yang diambil dalam waktu 24 jam, diikuti dengan tes PCR setelah kedatangan, kata Perdana Menteri Han Duck-soo pada hari Jumat.

Dikutip dari Al Jazeera, pengujian pada saat kedatangan dan tes pra-keberangkatan akan mulai berlaku masing-masing mulai 2 Januari dan 5 Januari.

Han mengatakan, Korea Selatan juga akan menghentikan sementara perluasan penerbangan ke China dan membatasi semua penerbangan internal ke Bandara Internasional Incheon, yang terbesar di negara itu.

"Kita perlu segera bersiap menghadapi efek riak domestik setelah China melonggarkan aturan karantina," kata Han. "Kami akan bersiap untuk mengambil tindakan yang lebih kuat jika situasinya semakin buruk, jika kami melihat peningkatan infeksi yang cepat dari pendatang baru atau munculnya varian baru."

Langkah tersebut dilakukan setelah India, Italia, Taiwan dan Amerika Serikat (AS) memperkenalkan tes COVID untuk pendatang dari China di tengah kekhawatiran tentang potensi munculnya varian baru dan kurangnya transparansi pemerintah China.

Negara lain, termasuk Filipina dan Inggris, sedang mempertimbangkan tindakan serupa.

Beberapa ahli kesehatan mempertanyakan perlunya pembatasan tersebut, dengan alasan mereka tidak mungkin menghentikan penyebaran varian virus baru.

Pejabat Uni Eropa pada Kamis menolak seruan dari Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni agar blok tersebut menguji semua penumpang udara dari China.

Infeksi telah melonjak di China setelah keputusan Beijing untuk melonggarkan kebijakan "nol-COVID" yang kontroversial, membuat rumah sakit, kamar mayat, dan krematorium berada dalam tekanan.

Otoritas China dituduh meremehkan keseriusan situasi, dengan pejabat kesehatan melaporkan hanya segelintir kematian dalam beberapa pekan terakhir.

Pakar kesehatan memperkirakan China dapat mengalami hingga 2 juta kematian dalam beberapa bulan mendatang karena kurangnya kekebalan alami populasi setelah hampir tiga tahun isolasi dan penggunaan vaksin yang tidak merata di antara orang tua.

TERKINI
Staf PBB Meninggal, Israel Sebut Kendaraannya Diserang di Zona Pertempuran Aktif di Gaza Mahasiswa Harvard yang pro-Palestina Akhiri Perkemahan, Berjanji akan Lanjutkan Protes Terkait Perang Gaza, Yordania Gagalkan Rencana Pengiriman Senjata untuk Penentang Monarki Hadapi Kerusuhan di Kaledonia Baru, Prancis Upayakan Pembicaraan dan Kirim Polisi