Jum'at, 14/10/2022 21:59 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Ahli bedah onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk menyebut kampanye salah kaprah soal kanker payudara, kontraproduktif terhadap upaya menurunkan angka kejadian kanker payudara di Indonesia.
Pasalnya, kampanye kanker payudara di internet dan media sosial yang memperlihatkan kondisi payudara yang sudah mengerikan, membuat masyarakat cenderung takut memeriksakan payudaranya.
"Banyak kampanye kanker payudara itu menggunakan gambar-gambar atau gejala yang sebenarnya sudah terlambat," kata dr. Walta dalam kegiatan `Media Launch YKPI dan Double Tree by Hilton Jakarta` di Jakarta, pada Kamis (13/10).
"Itu adalah gambar advance stage (stadium lanjut), bukan gambar pada stadium awal," imbuh dr. Walta.
Ini Penyebab Utama Tingginya Angka Kanker Payudara di Indonesia
A2KPI Desak Pemerintah Tindak Lanjuti RAN Kanker Payudara
Dukungan Pemerintah dan Masyarakat Penting untuk Sukseskan Rencana Aksi Nasional Kanker Payudara
Menurut dr. Walta, kampanye yang baik seharusnya mengedukasi masyarakat ketika merasakan adanya benjolan. Benjolan merupakan salah satu gejala kanker payudara pada stadium dini.
Kanker payudara yang diperiksakan ke dokter pada stadium dini, akan meningkatkan peluang kesembuhan. Sebaliknya, jika diobati ketika sudah masuk stadium lanjut, peluang kesembuhan hidup juga semakin kecil. Selain itu, biaya yang dikeluarkan relatif lebih mahal.
"Padahal, kanker payudara itu paling bisa sembuh kalau terdeteksi dini," lanjut Wakil Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) III itu.
Kegiatan `Media Launch YKPI dan Double Tree by Hilton Jakarta` dihadiri oleh Ketua YKPI Linda Agum Gumelar dan General Manager Double Tree by Hilton Jakarta, Andre Gomez.