Eks Presiden Rusia Peringatkan Kecelakaan Nuklir Juga Bisa Terjadi di Eropa

Sabtu, 13/08/2022 07:51 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev telah mengeluarkan ancaman terselubung kepada sekutu Barat Ukraina yang menuduh Rusia menciptakan risiko bencana nuklir dengan menempatkan pasukan di sekitar pembangkit nuklir Zaporizhzhia.

Ukraina menuduh Rusia menembaki kota-kota Ukraina dari lokasi tersebut dengan tujuan agar militer Ukraina tidak mengambil risiko membalas tembakan.

Dikatakan Rusia menembaki daerah itu sendiri untuk menyalahkan Ukraina. Sementara dari pihak Rusia menuduh Ukrainalah yang  menyerang pabrik tersebut.

"Mereka (Kyiv dan sekutunya) mengatakan itu adalah Rusia. Itu jelas 100 persen omong kosong, bahkan untuk publik Russophobic yang bodoh," tulis Medvedev, yang sekarang jadi wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, di Telegram pada Jumat (12/8).

"Mereka mengatakan itu terjadi murni karena kebetulan, seperti `Kami tidak bermaksud`," tambahnya. "Apa yang bisa kukatakan? Jangan lupa bahwa Uni Eropa juga memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir. Dan kecelakaan juga bisa terjadi di sana."

Kepala nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan Kamis malam bahwa aktivitas militer sangat mengkhawatirkan di pembangkit nuklir dapat menyebabkan konsekuensi berbahaya.

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi mendesak Rusia dan Ukraina untuk segera mengizinkan para ahli nuklir menilai kerusakan dan mengevaluasi keselamatan dan keamanan di kompleks nuklir yang memburuk sangat cepat.

Ia menunjuk penembakan dan beberapa ledakan di Zaporizhzhia Jumat lalu yang memaksa penutupan transformator tenaga listrik dan dua transformator cadangan, memaksa penutupan satu reaktor nuklir.

Kyiv dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan agar daerah itu didemiliterisasi, dan negara-negara ekonomi utama Kelompok Tujuh telah mendesak Rusia untuk mengembalikannya ke Ukraina.

Tetapi legislator senior Rusia Leonid Slutsky, ketua Komite Urusan Luar Negeri majelis rendah, mengatakan gagasan mengembalikan pabrik ke kendali Ukraina adalah ejekan dari sudut pandang memastikan keamanan.

"Dan semua pernyataan menteri luar negeri G7 untuk mendukung tuntutan mereka tidak lain adalah `sponsor terorisme nuklir`," tambahnya di saluran Telegram-nya.

Rusia merebut pabrik Zaporizhzhia pada Maret setelah menginvasi Ukraina pada 24 Februari, tetapi situs tersebut masih dioperasikan oleh staf Ukraina.

Kyiv mengatakan kompleks itu dihantam lima kali pada Kamis, termasuk di dekat tempat penyimpanan bahan radioaktif. Pejabat yang ditunjuk Rusia mengatakan Ukraina menembaki pabrik itu dua kali, seperti dilaporkan kantor berita milik negara Rusia, TASS.

Sumber: Al Jazeera

TERKINI
Dunia Alami Krisis Guru, Ini Saran PGRI ke Pemerintah Genjot Penjualan di China, Toyota Gandeng Tencent Toyota Kenalkan Dua Varian Mobil Listrik untuk Pasar China Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh