Massa Pro Al-Sadr Lanjutkan Aksi Protes di Parlemen Irak

Rabu, 03/08/2022 17:03 WIB

Baghdad, Jurnas.com - Massa pro pemimpin Syiah Irak, Muqtada al-Sadr, yang menggelar aksi protes dengan berkemah di dalam gedung parlemen Irak sejak Sabtu pekan lalu, diperintahkan meninggalkan gedung parlemen untuk melanjutkan protes di luar kantor parlemen.

Mohamed Saleh al-Iraqi, loyalis senior pro-Sadr, meminta ratusan pendukungnya meninggalkan gedung parlemen di ibukota Baghdad dalam waktu 72 jam, dan bergabung dengan massa lainnya yang berkemah di depan dan di sekitar gedung.

"Aksi protes sangat signifikan karena akan memperkuat tuntutan Anda," kata al-Iraqi pada Rabu (3/8) dikutip dari Aljazeera. Dia merekomendasikan agar pengunjuk rasa bergiliran untuk tetap berada di lokasi protes.

Seruan al-Iraqi mengindikasikan bahwa para pengunjuk rasa akan tetap berada di dalam Zona Hijau, yang berisi gedung parlemen Irak, gedung-gedung pemerintah, dan kedutaan asing.

Dia juga mengumumkan bahwa rangkaian doa besar-besaran akan berlangsung pada Jumat mendatang di Zona Hijau.

Pengumuman itu menyebabkan kebingungan di gedung parlemen, di mana beberapa pejabat mengatakan instruksi bagi para pengunjuk rasa untuk meninggalkan ruang utama dan ruang pertemuan, namun faktanya demonstran masih berada di aula pintu masuk.

Al-Sadr dan partainya adalah pemenang dalam pemilihan parlemen Oktober tahun lalu di Irak, tetapi tidak dapat mengumpulkan mayoritas dukungan untuk membentuk pemerintahan.

Kukbu Al-Sadr mengundurkan diri pada Juni lalu seolah-olah dalam upaya untuk membuka blokir kebuntuan politik, tetapi situasinya hanya memburuk sejak saat itu.

Pengunduran diri blok al-Sadr menyebabkan blok pro-Iran, Kerangka Koordinasi, menjadi yang terbesar di parlemen, tetapi tetap saja, tidak ada kesepakatan untuk menunjuk perdana menteri, presiden atau kabinet baru.

Pengikut Al-Sadr menyerbu gedung parlemen pada Sabtu lalu atas perintahnya untuk mencegah aliansi Kerangka Koordinasi memberikan suara dalam pemerintahan baru, setelah mereka menunjuk Mohammed al-Sudani sebagai calon perdana menteri.

Saat ini, hampir 10 bulan setelah pemilihan, negara kaya minyak itu masih belum memiliki pemerintahan dan tidak ada perdana menteri atau presiden baru dan kebuntuan politik semakin dalam.

Seruan pada Selasa (2/8) kemarin agae para pendukung mundur dari gedung parlemen merupakan penurunan eskalasi di pihak al-Sadr, tetapi jauh dari kata pembubaran protes.

TERKINI
`Sleeping Beauties: Reawakening Fashion` Jadi Tema Met Gala 2024, Apa Maknanya? Madonna Pecahkan Rekor Gelar Pesta Dansa yang Dihadiri 1,6 Juta Penggemar Sederet Selebriti Gelar Afterparty Met Gala 2024, Usher hingga Beyonce! Kini Bertubuh Langsing, Kelly Osbourne Bantah Pakai Ozempic