Rabu, 06/07/2022 19:50 WIB
JAKARTA, Jurnas.com - Menteri Perubahan Iklim Paskitan, Sherry Rehman mengatakan, aedikitnya 77 orang tewas dalam hujan muson yang melanda Pakistan. Ia memperingatkan hujan yang lebih deras dari biasanya akan terjadi.
"Bagi saya, ini adalah tragedi nasional," kata Rehman pada konferensi pers di Islamabad, Rabu (6/7).
Ia menambahkan jumlah korban jiwa diambil dari 14 Juni, ketika musim hujan mulai. "Ketika orang mati seperti itu, itu bukan hal kecil. Ini baru permulaan. Kita harus mempersiapkannya," sambungnya.
Sebagian besar kematian terjadi di provinsi barat daya Balochistan, di mana 39 orang tenggelam atau tersengat listrik oleh kabel listrik yang putus.
Ditemukan Nyaris Mati, Baboo Harimau Bengal Kini Siap Dilepasliarkan di Afrika Selatan
Serukan Protes, Imran Khan Calonkan Omar Ayub Jadi Perdana Menteri Pakistan
Shehbaz Sharif Bersiap Duduki Jabatan Tertinggi di Pakistan Usai Kakaknya Mundur
Musim hujan, yang biasanya berlangsung dari Juni hingga September, sangat penting untuk mengairi tanaman dan mengisi kembali danau dan bendungan di seluruh anak benua India, tetapi setiap tahun juga membawa gelombang kehancuran.
Rumah-rumah yang dibangun dengan buruk di seluruh Pakistan - khususnya di daerah pedesaan - rentan runtuh karena banjir, yang juga menghancurkan lahan pertanian utama yang luas.
Banjir terburuk baru-baru ini terjadi pada tahun 2010 - meliputi hampir seperlima dari daratan negara itu - menewaskan hampir 2.000 orang dan menggusur 20 juta orang.
Pakistan adalah negara kedelapan yang paling rentan terhadap cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim, menurut Indeks Risiko Iklim Global yang disusun oleh LSM lingkungan Germanwatch.
"Suatu hari Anda mengalami kekeringan dan keesokan paginya Anda mengharapkan banjir bandang ... sehingga Anda dapat melihat betapa seriusnya situasi di Pakistan," kata Rehman.
Sumber: AFP