Selasa, 24/05/2022 07:40 WIB
JAKARTA, Jurnas.com - Starbucks menyatakan pada awal pekan ini akan menghentikan operasinya di Rusia. Perusahaan tersebut akan menutup 130 kafenya di negara itu.
Rantai kopi, yang menghentikan operasinya pada awal Maret setelah invasi Ukraina pada akhir Februari, mengatakan akan keluar dari Rusia dan tidak lagi memiliki merek di pasar negara tersebut.
"Kami akan terus mendukung hampir 2.000 mitra celemek hijau di Rusia, termasuk pembayaran selama enam bulan dan bantuan bagi mitra untuk bertransisi ke peluang baru di luar Starbucks," kata perusahaan itu, dikutip dari AFP.
Langkah ini mengikuti tindakan serupa minggu lalu oleh merek raksasa Amerika Serikat (AS) lainnya, McDonald`s, yang memiliki kehadiran lebih besar di negara itu sejak periode menjelang akhir Perang Dingin.
Putin Dukung Rencana Penyelesaian Konflik oleh Tingkok di Ukraina
Calon Presiden Lituania Bersumpah untuk Melawan Ancaman Rusia
Berupaya Ciptakan Zona Penyangga, Rusia Terus Serang Kharkiv di Ukraina
Merek-merek AS berada di bawah tekanan untuk memutuskan hubungan dengan Rusia di tengah kecaman internasional atas invasi Ukraina.
Starbucks berada di Rusia selama 15 tahun. Dalam acara investor Desember 2010, para eksekutif menyoroti negara itu sebagai pasar utama yang sedang berkembang untuk merek tersebut, bersama dengan China, Brasil, dan India.
Starbucks tidak mengungkapkan dampak keuangan dari keluarnya perusahaan dari Negeri Beruang Merah tersebut.
McDonald`s mengatakan keluarnya mereka dari Rusia akan menghasilkan biaya satu kali sebesar US$1,2 miliar hingga US$1,4 miliar.
Pada Kamis, jaringan tersebut mengatakan telah mencapai kesepakatan untuk menjual bisnisnya di Rusia kepada pengusaha Rusia Alexander Govor, pemegang lisensi McDonald`s.
Saham Starbucks naik 0,5 persen menjadi US$73,76 pada Senin pagi.