Selasa, 05/04/2022 11:48 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Tokoh besar seperti KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dibentuk oleh keluasan wawasan dan keilmuan. Gus Dur adalah penjelajah mempelajari ilmu sehingga wawasannya sangat luas dan tidak terbatas pada satu atau dua disiplin keilmuan.
Ungkapan itu diutarakan Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya saat berbicara di acara Ramadan Inspiratif sesi makan sahur yang digelar Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan, Selasa (5/4/2022).
Gus Yahya menjelaskan, sosok us Dur ditempa dalam hidup yang penuh dengan krisis. Gus Dur pun hidup dan terbiasa dengan berbagai macam krisis dan masalah-masalah besar yang dihadapi umat, bangsa dan negara.
Dari hal itu, Gus Dur pun tumbuh menjadi sosok yang benar-benar mencintai bangsa dan negara, mencintai umat, dan mencintai kemanusiaan.
Bung Karno Milik Seluruh Rakyat Indonesia, PDIP : Terima Kasih Pak Prabowo
Megawati Ucapkan Selamat Idulfitri: Semakin Berani Tegakkan Kebenaran
Jokowi bantah disebut ingin rebut posisi Ketum PDI Perjuangan
"Sehingga dalam setiap pergulatan pemikiran, Gus Dur selalu memperhatikan bagaimana nasib warga bangsa dan umat manusia," lanjut Gus Yahya.
Bagi Gus Yahya, cita-cita Gus Dur sejatinya adalah cita-cita Proklamasi Kemerdekaan, yakni membangun tatanan kemanusiaan yang adil dan beradab. Dibangun atas kesetaraan hak dan martabat setiap umat manusia.
Karena itu, Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU berupaya menghidupkan pemikiran dan ajaran Gus Dur dengan mengkonstruksi organisasi untuk menjalankannya.
Kata Gus Yahya, setidaknya ada dua hal yang harus dihidupkan dari Gus Dur. Pertama idealisme Gus Dur. Dalam hal ini adalah kemanusiaan yang universal.
"Gus Dur berjuang bukan untuk kelompok sendiri, bangsa sendiri, ataupun keagamaan sendiri. Tapi untuk seluruh umat manusia," kata Gus Yahya.
Kedua, Gus Dur sungguh sungguh berjuang untuk menciptakan ketubahan, menciptakan transformasi ke arah kehidupan yang lebih baik bagi semua orang.