Rabu, 29/12/2021 08:25 WIB
JAKARTA, Jurnas.com - Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) pada pernyataan bersama mendesak gerakan Houthi Yaman untuk membebaskan dua stafnya.
Pernyataan itu tidak memberikan rincian tentang kedua orang itu, tetapi seorang pejabat pemerintah Yaman mengatakan kepada Reuters bahwa mereka adalah staf Yaman yang sebelumnya bekerja untuk kedutaan Amerika Serikat (AS) di Sanaa.
"PBB belum menerima informasi tentang alasan atau dasar hukum penahanan mereka, atau status mereka saat ini," kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay dan Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet.
Pada November, AS mengatakan, Houthi, otoritas de facto di Yaman Utara, telah menahan beberapa karyawan Yaman di kompleks kedutaan AS di ibukota, Sanaa, tanpa mengungkapkan berapa banyak.
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
Dwayne Johnson Rahasiakan Pilihannya untuk Pilpres 2024 AS Mendatang
Film Badarawuhi Di Desa Penari Tayang di USA, Ini Harapan Produser Manoj Punjabi
Kedutaan telah ditutup sejak 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional dari Sanaa pada akhir 2014. Sejak itu misi tersebut beroperasi di luar Arab Saudi.
Departemen Luar Negeri telah meminta gerakan itu untuk segera membebaskan, tanpa cedera, semua karyawan Yaman di Amerika Serikat, mengosongkan kompleks kedutaan dan mengembalikan properti yang disita.
Pejabat Houthi belum mengomentari penahanan tersebut. Ketua komite revolusioner tertinggi kelompok itu telah mengkritik Amerika Serikat karena "meninggalkan" staf lokal.
Gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran telah memerangi koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi selama lebih dari enam tahun.
Sumber: Reuters
Keyword : Houthi YamanAmerika SerikatStaf UNESCO