Senin, 15/11/2021 09:10 WIB
RIYADH, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan menilai tidak ada gunanya terlibat dengan pemerintah Lebanon sampai para politisinya menghadapi pengaruh jahat Hizbullah dan Iran.
Pernyataan Pangeran Faisal telah menghancurkan harapan di Beirut akan solusi untuk memperdalam keretakan diplomatik dengan Riyadh, ketika Lebanon berjuang dengan kelumpuhan politik dan ekonomi yang runtuh.
"Kami melihat tidak ada tujuan yang berguna untuk terlibat dengan pemerintah Lebanon pada saat ini," kata Pangeran Faisal kepada televisi France 24 dalam sebuah wawancara.
"Kami berpikir bahwa kelas politik perlu melangkah dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk membebaskan Lebanon dari dominasi Hizbullah, dan melalui Hizbullah, Iran," sambungnya.
Penduduk Israel Utara Bersiap Hadapi Kemungkinan Perang Habis-habisan dengan Hizbullah
Keseimbangan Sektarian Lebanon yang Genting, Terancam karena Perang Hizbullah-Israel
Setidaknya Delapan Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Selatan
Lebanon menghadapi krisis diplomatik terburuk dengan negara Teluk, menyusul komentar kritis seorang menteri tentang intervensi yang dipimpin Saudi di Yaman yang mendorong Riyadh untuk mengusir duta besar Lebanon, menarik utusannya sendiri dan melarang semua impor dari Lebanon.
Kerajaan marah dengan wawancara di mana Menteri Informasi Lebanon yang baru diangkat George Kordahi, mantan pembawa acara TV, memihak milisi Houthi dan mengatakan Yaman menjadi sasaran agresi eksternal.
Kordahi mengatakan wawancara itu direkam sebelum dia menjadi menteri dan menolak untuk meminta maaf atau mengundurkan diri, meskipun ada tekanan dari Perdana Menteri Najib Mikati.
Riyadh mengatakan tindakannya didorong tidak hanya oleh komentar Kordahi, tetapi juga keberatannya terhadap pengaruh Hizbullah dalam politik Lebanon. (ARAB NEWS)