Ketua Umum AIMI: Bahaya BPA Berdampak Pada Ibu Hamil dan Menyusui

Jum'at, 15/10/2021 14:12 WIB

Jakarta, Jurnas.com- Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dan Koordinator Presidium Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) Nia Umar mengatakan penggunaan Bisphenol A (BPA) pada kemasan plastik dapat menarik hak nutrisi yang diterima oleh anak.  Tidak hanya anak-anak, menurutnya bahaya BPA ini juga mengancam kepada ibu hamil dan lingkungan.

Bahaya BPA ini berdampak bagi tubuh ibu hamil dan menyusui. Bagi yang menyusui, risiko yang ditimbulkan adalah ASI yang diminum bayi akan mengandung BPA sehingga bisa jadi si bayi ini tidak mau lagi menyusui melalui payudara ibu mereka,” ucap Nia Umar saat Dialog Publik Virtual Mendesain Regulasi Bisphenol-A (BPA), baru-baru ini.

Risiko merupakan dampak dari penggunaan BPA dan akan lebih berbahaya pada bayi yang menyusui lewat dot botol susu. Bayi yang diberikan asupan secara artifisial ini dapat menelan BPA dosis ganda sehingga juga akan mempengaruhi tumbuh kembang mereka.  Oleh sebab itu, Nia menjelaskan bahwa BPA ini telah menjadi problematis karena telah ada di berbagai aspek kehidupan.

“Pada ibu hamil, BPA ini akan mudah masuk ke dalam rantai makanan dan dapat ditemukan dalam urin, darah, tali pusat, dan ASI. Karenanya, janin dan bayi dapat terpapar BPA bahkan pada mereka yang tidak mengonsumsi botol yang terkontaminasi sekalipun,” sambungnya.

Oleh sebab itu, BPA dapat mengganggu kerja endokrin dan meniru esterogen. Bahkan Laporan Program Toksikologi Nasional AS pada 2008 menyatakan keprihatinannya atas efek BPA kepada otak dan perilaku dan kelenjar prostat pada janin.

“Karena ini, bukan berarti ibu menyusui berhenti memberikan ASI kepada anak. ASI ini sangat penting bagi bayi dari pada memberikan susu formula lewat botol yang berpotensi dikonsumsinya kandungan BPA secara ganda,” terang Nia.

“Galon ini harus kita perhatikan, misal air diambil dari sukabumi lalu dimasukan ke galon dan diangkut menggunakan mobil. Di mobil galon ini akan terpapar panas matahari dan belum lagi ketika sampai di supermarket atau minimarket juga akan terjemur panas matahari. Kejadian ini dapat membuat BPA larut dan masuk ke dalam air minum,” jelasnya.

Menurutnya, BPA juga akan berdampak bagi bumi atau lingkungan. Bisphenol A ini dapat berdampak pada satwa liar, terutama kehidupan akuatik di air tawar maupun air laut sehingga menjadi resevior kontaminan.

“Bahan kimia BPA tersebar luas di pantai-pantai seluruh dunia. Ketika kita berada di pantai, kita tidak hanya berdiri di hamparan pasir, tetapi juga hamparan plastik. Oleh sebab itu, banyak konsumsi makanan kemasan berkolerasi tinggi dengan meningkatnya risiko terpapar BPA,” jelas Nia.

Senada dengan Nia Umar, Dr Irfan Dzakir Nugroho, Sp.A, M. Biomed, Dokter Spesialis Anak, anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDA) menyampaikan lebih detil bahaya BPA bagi kesehatan. Toksisitas BPA ditemukan dalam hampir semua anggota tubuh seperti Saliva, serum, urin, cairan ketuban, darah tali pusat dan tali pusat, kuku, rambut, kulit, payudara dan lapisan adiposa.

“Lebih dari 130 studi, melaporkan efek yang membahayakan dari BPA (kanker payudara, pubertas dini, penyakit jantung, infertilitas, katalisator penyakit syaraf dan obesitas,” papar Dr Irfan Dzakir Nugroho Sp.A, M. Biomed.

Webinar ini juga diikuti oleh Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait  dan ditanggapi oleh Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS. Ph.D Direktur Kesehatan dan Fizi Masyarakat kemeterian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/BaPPENas).

TERKINI
Richie Sambora Harus Berlutut ke Jon Bon Jovi agar Livin` on a Prayer Dimasukkan ke Album Lagi Bucin, Dua Lipa Peluk Mesra Callum Turner di Jalanan Berkarier Sejak Muda, Anne Hathaway Sering Alami Stres Kronis Gara-gara Tuntutan Pelecehan Seksual, Lady Gaga Batalkan Pesta Lajang Adiknya