AS dan Inggris Peringatkan Warganya Hindari Hotel Afghanistan

Senin, 11/10/2021 14:59 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Amerika Serikat (AS) dan Inggris memperingatkan warganya untuk menghindari hotel di Afghanistan, beberapa hari setelah puluhan orang tewas di sebuah masjid dalam serangan yang diklaim oleh kelompok Negara Islam yang aktif di Afghanistan pada Senin (11/10).

Taliban, yang merebut kekuasaan pada Agustus dan mendeklarasikan emirat Islam, mencari pengakuan dan bantuan internasional untuk menghindari bencana kemanusiaan dan meredakan krisis ekonomi Afghanistan.

Namun, ketika kelompok Islam garis keras itu bertransisi dari tentara pemberontak menjadi kekuatan pemerintahan, mereka berjuang untuk menahan ancaman dari ISIS cabang Afghanistan.

"Warga AS yang berada di atau dekat Hotel Serena harus segera pergi," kata Departemen Luar Negeri AS dilansir Voa, Senin (11/10).

"Mengingat meningkatnya risiko, Anda disarankan untuk tidak menginap di hotel, khususnya di Kabul (seperti Hotel Serena)," tambah Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan Inggris.

Sejak pengambilalihan Taliban, banyak orang asing telah meninggalkan Afghanistan, tetapi beberapa jurnalis dan pekerja bantuan tetap berada di ibu kota.

Serena yang terkenal, sebuah hotel mewah yang populer di kalangan pelancong bisnis dan tamu asing, telah dua kali menjadi sasaran serangan Taliban.

Pada tahun 2014, hanya beberapa minggu sebelum pemilihan presiden, empat remaja pria bersenjata dengan pistol yang disembunyikan di kaus kaki mereka berhasil menembus beberapa lapisan keamanan, menewaskan sembilan orang, termasuk seorang jurnalis AFP dan anggota keluarganya.

Pada bulan Agustus, selama evakuasi warga asing yang kacau dan warga Afghanistan yang berisiko, negara-negara NATO mengeluarkan paduan suara peringatan tentang ancaman yang akan segera terjadi, memberitahu orang-orang untuk menjauh dari bandara Kabul.

Beberapa jam kemudian, seorang pembom bunuh diri meledakkan diri di tengah kerumunan yang berkumpul di sekitar salah satu gerbang bandara, menewaskan puluhan warga sipil dan 13 anggota militer Amerika.

Serangan itu diklaim oleh IS Khorasan, yang sejak itu menargetkan beberapa penjaga Taliban dan mengklaim serangan bom dahsyat di kota Kunduz pada hari Jumat yang menghancurkan sebuah masjid selama salat Jumat, serangan paling berdarah sejak pasukan AS meninggalkan negara itu pada Agustus.

TERKINI
Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Pakai Rompi Tahanan KPK Ini Tips Agar Makin Aman dari Kejahatan Seksual di Dunia Digital DPR Dorong Peningkatan Anggaran di Ditjen PSDKP Cegah Illegal Fishing Cegah Salah Sasaran, Pemerintah Diminta Segera Benahi Distribusi KIP Kuliah