Minggu, 19/09/2021 16:35 WIB
Yangon, Jurnas.com - Para pembangkang anti-junta Myanmar melancarkan serangan bom terhadap pasukan keamanan di dekat Yangon. Beberapa orang tewas dalam baku tembak berikutnya.
Pasukan keamanan sedang melakukan perjalanan melalui Khayan, pinggiran pusat komersial Myanmar Yangon pada Jumat (17/9) ketika mereka diserang dengan bom rakitan, kata junta dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.
"Kedua kelompok itu saling menembak - seorang anggota pasukan keamanan terluka," kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa senjata api dan amunisi disita setelah bentrokan itu. "Beberapa teroris ... (terbunuh), salah satunya terluka."
Media lokal melaporkan setidaknya dua pembangkang tewas dan satu ditangkap.
Eksodus ke Thailand Berlanjut setelah Jatuhnya Kota Perbatasan Utama Myanmar
Perbatasan Myanmar Jadi Pusat Operasi Ilegal, Thailand Bantu Pulangkan 900 Warga China
Junta Myanmar Berlakukan Wajib Militer Bagi Generasi Muda
Awal bulan ini Pemerintah Persatuan Nasional yang sebagian besar terdiri dari anggota parlemen yang berafiliasi dengan partai terguling Aung San Suu Kyi menyerukan perang defensif rakyat dan mendesak warga sipil untuk menargetkan aset junta.
Menara komunikasi milik perusahaan Mytel milik militer telah ditargetkan di seluruh Myanmar.
Konflik juga meningkat di wilayah Sagaing dan Magway, di mana penduduk setempat pekan ini menuduh militer membakar rumah dan membuat ribuan orang mengungsi.
"Militer telah menghancurkan wilayah kami karena pasukan perlawanan lokal," kata seorang wanita berusia 25 tahun dari kotapraja Gangaw Magway kepada AFP.
"Saya kehilangan beberapa teman saya ... saya patah hati karena saya telah menyaksikan semua kekejaman mereka dengan mata kepala sendiri."
Penduduk kotapraja Gangaw lainnya mengatakan di salah satu desa yang paling parah terkena dampak, Namg Kar, sejumlah rumah telah diratakan sejak 10 September - sebuah proses mulai-berhenti selama seminggu terakhir karena hujan monsun terus memadamkan api.
"Mereka mencoba membakar seluruh desa. Tapi saat itu musim hujan," kata warga tersebut, seraya menambahkan bahwa 4.000 warga Namg Kar telah mengungsi ke hutan terdekat.
"Mereka takut pada tentara karena mereka bisa kembali kapan saja ke desa," katanya.
Gambar yang diperoleh AFP menunjukkan penduduk desa Namg Kar membawa ember berisi air saat asap membubung di kejauhan, sementara sisa-sisa fondasi yang terbakar membara.
Junta belum menanggapi permintaan komentar.