Karena itu, menurut Rifky, penting bagi semua eksportir ikan hias memanfaatkan raiser, agar ikan hias yang akan diekspor supaya diseleksi terlebih dulu, supaya harganya bisa berkali-kali lipat.
Masalah logistik dan pergudangan menjadikan sektor perikanan nasional belum bisa digarap secara maksimal.
TEI, sambung Rifky, merupakan pameran produk ekspor Indonesia bertaraf Internasional dengan fokus B to B yang diselenggarakan setiap tahun oleh Kementerian Perdagangan. Sementara untuk tahun ini melibatkan KKP dan Kementrian Luar Negeri (Kemenlu).
Pada 2014 angka konsumsi ikan nasional sebesar 38,14 kg per kapita per tahun. Selanjutnya berturut-turut sebesar 40,9 kg/tahun pada 2015; 43,88 kg/tahun pada 2016; 47,12 kg/tahun; dan, 50 kg/tahun pada 2018.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Rifky Effendi Hardijanto mengatakan, ekspor udang masih menjadi primadona hingga akhir tahun ini, dengan hasil US$1,8 miliar, dan volume 180.000 ton.
Rencana tersebut dinilai tidak berdampak apapun dalam peningkatkan perikanan yang berkelanjutan.
Survei Penilaian Sumberdaya Perikanan, sebuah studi luas oleh Badan Lingkungan Hidup - Abu Dhabi (EAD), mengungkapkan bahwa lebih dari 85 persen populasi sheri (ikan kelinci) dan hammour (kerapu) telah musnah.
Target tersebut meningkat dibandingkan nilai investasi dua tahun sebelumnya sebesar Rp151,38 miliar (9,18 persen dari total nilai investasi asing), dan menduduki peringkat ketiga sebagai negara investor terbesar di sektor perikanan.
Bahkan salah satu dampaknya ialah penghentian usaha ekspor hasil perikanan, karena harga jual dengan produk perikanan tidak kompetitif.