https://www.jurnas.com/images/img/conf-Jurnas_11.jpg
Beranda News Ekonomi Ototekno Gaya Hidup Hiburan Olahraga Humanika Warta MPR Kabar Desa Terkini

Lengan Bengkak pasca Operasi Kanker? Waspada Limfedema

| Jum'at, 10/07/2020 11:56 WIB

Kasus Limfedema atau lengan bengkak kerap kali menimpa pasien kanker payudara, pasca menjalani operasi maupun radiasi. Namun penyakit yang menyerang sistem kelenjar getah bening tersebut sering terlambat ditangani. dr. Bayu Brahma dari Departemen Bedah RS Kanker Dharmais Jakarta

Jakarta, Jurnas.com - Kasus Limfedema atau lengan bengkak kerap kali menimpa pasien kanker payudara, pasca menjalani operasi maupun radiasi. Namun penyakit yang menyerang sistem kelenjar getah bening tersebut sering terlambat ditangani.

Demikian disampaikan oleh ahli onkologi dari Departemn Bedah Onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, dr. Bayu Brahma, SpB(K)Onk, dalam kegiatan `Serial Webinar Kanker Payudara: Harapan Baru pada Pencegahan dan Penanganan Lengan Bengkak (Limdefema) Kanker Payudara` pada Jumat (10/7).

Kegiatan yang terselenggara berkat kerja sama Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) dan para dokter RS Kanker Dharmais itu diikuti oleh sekitar 200 peserta dari seluruh Indonesia, serta dibuka langsung oleh Ketua YKPI Linda Agum Gumelar.

Baca juga :
Project ECHO Bantu Nakes Tangani Kanker Payudara

Dr. Bayu menerangkan, secara umum terdapat dua penyebab terjadinya Limfedema, yakni primer dan sekunder. Sebab primer ialah karena kelainan bawaan. Namun sebab ini jarang ditemukan. Sementara lainnya ialah sebab sekunder.

"Sebab sekunder ini yang paling sering ditemukan, karena terjadi akibat permasalahan kanker. Karena operasi untuk kanker juga dilakukan pada sistem kelenjar getah bening, atau bisa juga karena proses radiasi," terang dr. Bayu.

Baca juga :
Hati-hati! Childfree Berisiko Kena Tumor Payudara

Adapun khusus pada kanker payudara, lanjut dr. Bayu, faktor risiko Limfedema ialah adanya tindakan operasi pengambilan kelenjaran getak bening area aksila (ketiak), radiasi di daerah aksila dan sekitarnya, obesitas, dan kemoterapi.

"Jadi dari studi yang kami lakukan, kami melihat bahwa pasien yang terjadi limfedema ini lebih sering pada kelompok yang berat badannya tinggi atau obesitas. Ini penting untuk mengatur pola hidup yang ideal," ujar dr. Bayu.

Baca juga :
Hari Ibu Bukan Mother`s Day, Linda Gumelar: Banyak Orang Salah Paham

Bagaimana cara menghitungnya, dikatakan dr Bayu mengacu pada indeks massa tubuh, berat badan dibagi tinggi badan pangkat dua. “Lihat angkanya, kalau sudah dekat-dekat 25 harus hati-hati," sambung dr Bayu.

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menyebutkan setidaknya 30-40 persen pasien tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami limfedema di gejala awal. Pasien umumnya baru menyadari limfedema ketika lengannya sudah mulai membengkak.

Karena itu, untuk mengenalinya, dr. Bayu mengatakan terdapat empat derajat atau stadium Limfedema. Pada stadium nol, tangan belum terlihat bengkak. Keluhan yang muncul pun masih bersifat subjektif. Lalu naik ke stadium pertama, tangan mulai bengkak, namun hilang seiring dengan pengangkatan tangan. Ketika naik ke stadium kedua, lengan terlihat bengkak dan tidak hilang dengan pengangkatan tangan.

"Yang paling khas dari stadium kedua ini adalah pitting edema, kalau kita lakukan penekanan di kulit maka akan terlihat cekungan yang butuh waktu agak lama untuk kembali normal. Ini tanda yang khas," papar dr. Bayu.

Sedangkan stadium ketiga ialah ketika kulit sudah berisi banyak cairan di jaringan kulit yang bersifat iritatif. Cairan tersebut mengubah struktur kulit menjadi keras.

"Kalau sudah parah, timbul kelainan di kulit, salah satunya cairan getah bening keluar dari kulit," kata dr. Bayu.

Lalu bagaimana tindak pencegahan Limfedema?

Untuk kanker payudara, maka pencegahan paling efektif ialah dengan melakukan deteksi dini. Sebab bila kanker payudara ditemukan pada stadium awal, maka kanker belum menyebar ke kelenjar aksila.

Adapun dalam kaitannya dengan operasi, tindak pencegahan Limfedema ialah dengan melakukan operasi kelenjar getah bening sentinel.

"Kalau kelenjar sentinel itu tidak terindikasi (terpapar kanker), maka jangan dilakukan biopsi. Kalau diambil, maka terjadi peningkatan risiko Limfedema tadi," ujar dr. Bayu.

Sementara Ketua YKPI Linda Agum Gumelar mengatakan Limfedema menjadi penyakit yang paling sering dikeluhkan oleh para pasien kanker payudara, pasca menjalani operasi, radiasi, maupun kemoterapi.

Karena itu, Linda yang juga penyintas kanker payudara ini menilai pengetahuan mengenai Limfedema selalu dicari-cari oleh para pasien maupun penyintas, dalam rangka mengatasi penyakit tersebut.

"Kami menganggap pengetahuan dan informasi mengenai Limpfedema ini sangat penting, karena cukup sering ditemukan pada pasien, tapi kasus ini sering diabaikan. Gejalanya sering tidak disadari, seiring bejalan ada pembengkakan lengan dan jari, yang berat atau kaku," tandas Linda.

()
KEYWORD :

Limfedema Kanker Payudara YKPI