Kamis, 25/04/2024 23:27 WIB

LUAR NEGERI

Pasukan Myanmar Kembali Usir Ratusan Rohingya

Ratusan anggota minoritas Rohingya harus bersembunyi di sawah-sawah saat tentara Myanmar mendatangi dan memaksa mereka pergi meninggalkan desa.

Myanmar menganggap Rohingya adalah imigran ilegal dari Bangladesh./foto:reuters

Myanmar - Ratusan anggota minoritas Rohingya harus bersembunyi di sawah-sawah dalam kegelapan malam, saat pasukan tentara Myanmar mendatangi dan memaksa mereka pergi meninggalkan desa-desa, dimana sebagaian dari mereka sudah tidak memiliki rumah. Peristiwa ini menyusul keributan dengan pasukan keamanan di perbatasan pada hari Minggu (23/10) kemarin.

Reuters melaporkan bahwa petugas penjaga perbatasan telah masuk ke Desa Kyee Kan Pyin pada hari Minggu (23/10) dan memerintahkan sejumlah 2000 warga desa untuk mengosongkan desa-desa mereka. Hanya ada sedikit kesempatan bagi warga desa untuk membawa barang-barang keperluan rumah tangga.

Peristiwa ini menandai meningkatnya kekerasan atas kaum minoritas Rohingya yang berada di ujung jauh barat laut Myanmar. Hubungan antara Rohingya dengan umat Budha yang mayoritas mengalami penurunan sejak ratusan orang tewas dan ribuan mengungsi dalam konflik kekerasan etnis dan agama pada tahun 2012.

Aung San Suu Kyi, pemenang Nobel Perdamaian dan pemimpin pemerintahan, seperti dilaporkan aljazeera mengatakan bahwa ada sejumlah pejuang dari minoritas Rohingya yang memiliki keterkaitan dengan pada pejuang dari luar negeri.

Sementara itu, para pejabat Myanmar menyatakan bahwa mereka melakukan penyisiran terhadap kelompok orang-orang yang telah menyerang pos-pos polisi perbatasan pada 9 Oktober lalu. Namun, warga menunjuk pasukan keamanan telah membunuh warga non kombatan dan membakari rumah.

"Setelah tentara tiba di desa kami, mereka mengatakan bahwa jika kita tidak pergi, mereka akan menembak kami. Saya ditendang keluar dari rumah saya kemarin sore, sekarang saya tinggal di sawah di luar desa saya dengan sekitar 200 orang termasuk keluarga saya, saya menjadi tunawisma," kata seorang pria Rohingya dari desa Kyee Kan Pyin, seperti dikutip dari aljazeera.

Mynt Kyaw, juru bicara dari pemerintah, ketika dimintai konfirmasi megnatakan bawa pemerintah tidak dapat menghubungi siapa-siapa di daerah tersebut, akrena kawasan tersebut adalah daerah militer yang ditandai dengan kode "zona merah".

"Seorang pria muslim menelepon saya pagi ini karena mereka dipaksa pergi dari rumahnya, tapi saya tidak bisa mengkonfirmas informasi tersebut," ucap Mynt Kyaw. Militer tidak merespon permintaan untuk klarifikasi.[]

KEYWORD :

jurnas myanmar tentara myanmar minoritas rohingya aung san suu kyi nobel perdamaian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :