Kamis, 25/04/2024 07:01 WIB

Singapura Apresiasi Peningkatan Implementasi Biosekuriti di Peternakan Babi ITS

Berbagai upaya PT ITS untuk memastikan babi yang diekspor ke Singapura dalam kondisi sehat termasuk upaya pencegahan masuknya ASF dan tindakan biosekuriti lainnya.

The Annual Joint Audit Meeting secara daring antara SFA dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) di Batam (5/3).

Batam, Jurnas.com - Otoritas Pangan Singapura (SFA) menyampaikan apresiasinya atas peningkatan implementasi biosekuriti di peternakan babi PT Indotirta Suaka (ITS), Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) yang merupakan pemasok utama babi untuk Singapura.

Hal tersebut mengemuka pada saat The Annual Joint Audit Meeting secara daring antara SFA dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) di Batam baru-baru ini.

"Peternakan di Pulau Bulan telah meningkatkan tindakan biosekuritinya untuk mencegah masuknya penyakit, khususnya agen penyebab penyakit African Swine Fever (ASF) ke areal produksi," kata Senior Director SFA, Astrid Yeo.

Dia juga mengapresiasi proses sertifikasi kompartemen bebas ASF peternakan babi Pulau Bulan yang telah dilaksanakan oleh Ditjen PKH, Kementan sebagai bentuk penjaminan bahwa sistem biosekuriti telah berjalan dengan baik.

Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Fadjar Sumping Tjatur Rasa menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Singapura atas kerja sama dan kepercayaannya sehingga peternakan babi di Pulau Bulan terus menjadi mitra dagang dalam penyediaan babi komersial untuk masyarakat Singapura sejak 1988.

"Saya berharap hal ini terus berlanjut dan dapat ditingkatkan sehingga memberikan keuntungan bagi kedua negara," ujar dia.

Fadjar menjelaskan, dalam rangka mengamankan wilayah Indonesia dari ancaman ASF, Kementan telah mengimplementasikan strategi pengendalian dan penanggulangan yakni pembatasan lalu lintas babi dan produknya dari daerah tertular, surveilans, meningkatkan kepedulian/kesadaran masyarakat, dan penerapan kompartementalisasi, seperti halnya di peternakan babi Pulau Bulan.

Dia berkomitmen, Kementan akan terus memastikan bahwa implementasi biosekuriti dan penjaminan dalam bentuk kompartemen bebas ASF akan terus berjalan.

"Hal ini akan kita lakukan bersama pemerintah daerah. Kapasitas laboratorium di provinsi dan PT. ITS juga akan kita dorong untuk terus ditingkatkan," kata dia.

Lebih lanjut Fadjar menyampaikan bahwa Indonesia akan terus melakukan pelaporan perkembangan kasus ASF ke OIE secara berkala. Ia meyakini bahwa transparansi dalam pelaporan tersebut berkontribusi terhadap kepercayaan Singapura dan mitra dagang internasional lainnya terhadap Indonesia serta kemampuan Indonesia dalam implementasi kompartementalisasi dan pengendalian ASF.

Sementara itu, Desmond Walsh, General Manager, Peternakan Babi Pulau Bulan, juga menjelaskan berbagai upaya PT ITS untuk memastikan babi yang diekspor ke Singapura dalam kondisi sehat termasuk upaya pencegahan masuknya ASF dan tindakan biosekuriti lainnya.

"Salah satu yang dilakukan adalah peningkatan aktivitas penangkapan babi liar di kawasan Pulau Bulan, peningkatan surveilans dan mengirimkan sampelnya ke Balai Veteriner Bukittinggi," jelasnya.

Pada akhir pertemuan, semua pihak sepakat bahwa telah banyak peningkatan pada aspek biosekuriti dan penjaminan kesehatan di peternakan babi Pulau Bulan, sehingga mendukung keberlanjutan dan potensi peningkatan ekspor babi hidup dari Pulau Bulan ke Singapura.

KEYWORD :

Ditjen PKH Ekspor Babi Singapura Otoritas Pangan Singapura




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :