Kamis, 25/04/2024 17:56 WIB

Tingkat Literasi di Daerah Perbatasan Minim, Anak Sekolah Lebih Kenal Malaysia Ketimbang Indonesia

Pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait harus memberikan perhatian khusus mengenai tingkat literasi di daerah perbatasan.  

Ilustrasi anak sekolah di perbatasan (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait harus memberikan perhatian khusus mengenai tingkat literasi di daerah perbatasan.  

Bukan tanpa alasan, menurut anggota Komisi X DPR RI Adrianus Asia Sidot, anak-anak usia sekolah di kawasan perbatasan, misalnya di Kalimantan Barat, lebih mengenal Negara Malaysia daripada Indonesia.

“Karena anak-anak banyak di perbatasan di Kecamatan Badau (Kalbar) ini, mereka bersekolah di Serawak, Malaysia yang jaraknya dekat sekali. Praktis anak-anak ini lebih mengenal Malaysia daripada Indonesia. Karena itu diharapkan Kemendes PDTT, Kemendagri, Kominfo termasuk juga Perpusnas, kita sama-sama membangun dan meningkatkan literasi masyarakat di perbatasan ini dengan kerja keras,” harapnya dalam RDP Komisi X DPR RI dengan jajaran Kemendagri, Kemendes PDTT, Kominfo, Kemendikbud,  dan Perpusnas, Selasa (2/2).

Adrianus menceritakan, saat dirinya melakukan kunjungan reses, ia sering mendapatkan keluhan masyarakat mengenai rendahnya sarana-prasarana, hingga sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas literasi.

“Di SD Negeri 1 Badau itu yang pintu gerbang ke Malaysia, dari 8 guru hanya 2 yang PNS. Kalau infrastruktur jalan Badau itu bagus, tapi dari sisi pendidikannya masih jauh tertinggal. Ada SMK-nya masih seperti itu, kondisinya dari dulu seperti itu, perpustakaannya sangat menyedihkan. Karena saya selaku anggota, tiap kali reses mengunjungi mereka keluhannya seperti itu,” tegas politisi Partai Golkar ini.

Ketersediaan infrastruktur pendukung dinilainya pun masih minim. Hal ini semakin menyulitkan anak-anak sekolah yang harus mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau mengakses buku digital (e-book) karena kondisi jaringan internet yang memprihatinkan.

“Karena itu daerah khusus 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) diharapkan buku teks masih bisa dipakai. Pesan untuk Kominfo, supaya memperluas jaringan internet di daerah perbatasan. Sehingga pesan-pesan dari pemerintah itu lebih gampang diakses agar masyarakat di perbatasan lebih mengenal Indonesia,” pesan mantan Bupati Landak ini.

Kemendikbud melalui Gerakan Literasi Nasional 2019, telah mencetak dan mengirimkan buku sebanyak 2.402.320 untuk 48.376 alamat, mulai dari SD (32.625), SLTP (9.746), SMA/K (5.307), TBM (658), dan Perpustakaan (40) di Wilayah 3T di 27 provinsi dan 130 kabupaten/kota.

Adapun pada tahun 2021, telah dialokasikan anggaran sebanyak Rp 23.253.652.999 digunakan untuk mencetak 541 judul buku. Dengan rincian PAUD (32 judul), SD Kelas 1,2 dan 3 (105 judul), SD Kelas 4, 5, dan 6 (284 judul), SMP (98 judul) dan SLTA (22 judul).

KEYWORD :

Warta DPR Literasi Pendidikan Kemendikbud Komisi X DPR Adrianus Asia Sidot Perbatasan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :