Kamis, 25/04/2024 06:50 WIB

WHO: Kepada Negara Kaya Setop Pesan Vaksin

Negara kaya harus untuk berhenti melakukan kesepakatan bilateral dengan produsen vaksin COVID-19 guna memberikan jatah bagi kelompok negara berpenghasilan rendah dan menengah

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (Dirjen WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus (Foto: AFP)

Jenewa, Jurnas.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah belum menerima pasokan vaksin virus corona (COVID-19).

Dinukil dari Reuters, WHO mendesak negara-negara kaya untuk berhenti melakukan kesepakatan bilateral dengan produsen vaksin COVID-19 guna memberikan jatah bagi kelompok negara berpenghasilan rendah dan menengah.

"Negara-negara kaya memiliki mayoritas pasokan," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam komentar tegas tentang nasionalisme vaksin pada jumpa pers di Jenewa, Jumat (8/1).

"Tidak ada negara yang luar biasa dan harus memotong antrian dan memvaksinasi semua penduduk mereka sementara beberapa tetap tidak memiliki pasokan vaksin," tambahnya.

Dia meminta negara dan produsen untuk berhenti membuat kesepakatan bilateral dan meminta mereka yang telah memesan kelebihan dosis untuk segera menyerahkannya ke fasilitas berbagi vaksin COVAX.

Sementara Tedros tidak menyebutkan nama negara, Uni Eropa mengatakan telah mencapai kesepakatan dengan Pfizer dan BioNTech untuk 300 juta dosis tambahan vaksin COVID-19 mereka dalam sebuah langkah yang akan memberi UE hampir setengah dari produksi global perusahaan untuk 2021.

Perebutan vaksin dipercepat karena banyak pemerintah juga berjuang menjinakkan varian yang lebih menular yang diidentifikasi di Inggris dan Afrika Selatan, yang mengancam sistem perawatan kesehatan yang kewalahan.

Kepala Keadaan Darurat WHO, Mike Ryan menggemakan komentar dari Tedros, menekankan perlunya memberikan dosis kepada kelompok rentan dan petugas kesehatan garis depan terlebih dahulu, di mana pun mereka tinggal.

"Apakah kita akan membiarkan orang-orang yang rentan dan orang-orang yang paling berisiko untuk jatuh sakit dan meninggal karena virus ini?" tanya Ryan.

Ryan juga mendesak produsen vaksin untuk menyediakan data secara real-time untuk mempercepat peluncurannya.

Awal pekan ini, WHO mengatakan fasilitas COVAX telah mengumpulkan US $ 6 miliar dari US $ 7 miliar yang telah diupayakannya pada 2021 untuk membantu membiayai pengiriman ke 92 negara berkembang dengan sarana terbatas atau tidak ada untuk membeli vaksin sendiri.

Hingga saat ini, negara-negara kaya termasuk Inggris, anggota Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), Swiss, dan Israel berada di garis depan antrean pengiriman vaksin dari perusahaan termasuk Pfizer dan mitranya BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca.

Hampir 88 juta orang telah dilaporkan terinfeksi oleh virus corona baru secara global dan sekitar 1,9 juta telah meninggal sejak pertama kali muncul di China pada Desember 2019, menurut penghitungan Reuters.

Tedros mengatakan, kasus COVID-19 melonjak di banyak negara dalam beberapa pekan terakhir dengan tidak cukup vaksin yang didistribusikan untuk memperlambat penularan.

"Virus menyebar dengan kecepatan yang mengkhawatirkan di beberapa negara. Masalahnya adalah tidak mematuhi sedikit pun menjadi kebiasaan. Tidak mematuhi memberi peluang virus untuk menyebar," ujarnya.

KEYWORD :

Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesu Vaksin COVID-19




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :