Kamis, 18/04/2024 18:16 WIB

Crazy Rich Masuk Kabinet, Faisol Riza: Tim Ekonomi Perlu Dievaluasi

Bukan Pak Jokowi yang memilih mereka, tapi mereka yang memaksa pak Jokowi memilih.

Faisol Riza. Ketua Komisi VI DPR, Politikus PKB, Aktivis Reformasi 1998

Jakarta, Jurnas.com - Ketua Komisi VI DPR RI, Faisol Riza memberi catatan khusus terkait reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Jokowi, dimana sejumlah pengusaha muda bahkan tokoh kaya raya (crazy rich) masuk dalam kabinet.

Namun catatan penting menurut Riza adalah, sejauh ini belum terlihat adanya evaluasi terhadap leading sector tim ekonomi, dalam hal ini Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, juga Gubernur BI, Ketua OJK, dan LPS terkait perannya selama pandemi 2020.

"Upaya yang sudah dilakukan dari tim ekonomi menurut saya kok ya ironis. Tim ekonomi kita kan sebenarnya Menkeu, dan Menko Perekonomian. Tapi yang lebih banyak bergerak adalah menteri BUMN ini ada apa," ujat Riza dalam webinar Forum Jurnalis Politik bertema Crazy Rich Masuk ke Kabinet. Membaca Politik Plutokrasi di Era Jokowi, Minggu (27/12/2020).

Bersama Faisol Riza, webinar itu juga menghadirkan dua pembicara terkemuka, yakni Dierktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan dan Peneliti Politik dari ISEAS Yusof Ishak Institute Made Tony Supriatma, dengan moderator Jay Akbar.

Faisol Riza yang merupakan politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjelaskan, menonjolnya kinerja Menteri BUMN Erick Thohir, lantas masuknya Sandiaga Uno sebagai Menparekraf, dan Menteri Perdagangan M Luthfi, juga Menkes Budi Gunadi Sadikin, adalah sekedar menunjukan fakta memang kinerja tim ekonomi (Menkeu dan Menko Perekonomian) lebih cocok dalam saat situasi normal saja.

Padahal, jelas Riza, sekarang ini sutuasi sulut dan likuiditas keuangan global sekarang sangat besar, lalu semua mencari jalan keluar.

"Tapi kok kelihatannya tim ekonomi yang dibentuk presiden itu melihatnya sangat terbatas, sehingga yang bekerja itu para pengusaha yang sekarang plus sebagain menteri. Mereka melihat peluang-peluang ini. Inilah yang mungkin dilihat Presiden, bagaimana Erick Thorir dan tim, Pak Luhut dan tim, mereka lebih kompeten menjalankan fungsi ekonomi ini," jelas Riza yang juga aktivis reformasi 1998.

Selanjutnya, kata Faisol Riza, begitu ada orang seperti Sandiaga Uno, M Luthfi, maka presiden memandang mereka cukup bisa bekerjasama memperbesar volume tugas pemulihan ekonomi dan mengatasi dampak pandemi, dan kemudian di pihak lain langsung diambil kesempatan itu.

Bagi Faisol Riza, reshuffle kabinet dan kebijakan seperti apa pun, kalau tidak diletakkan pada situasi yang tepat dan sesuai aturan yang dibutuhkan, maka yang akan terjadi adalah akrobat-akrobat politik.

"Rasanya kita akan menyaksikan kabinet ini akan lebih pada akrobatik dibandong menyelesaikan persoalan fundamental. Misalnya ada suatu PR yang mestinya diselesaikan, dan saya harap sebenarnya dalam reshuffle ini mencerminkan itu," jelasnya.

Faisol Riza juga mencatat, lahirnya UU No.2/2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 memberikan kewenangan besar pada Menkeu, Gubernur BI, Ketua OJK, dan Kepala LPS dengan kekuasaan penuh dan dilindungi dari kemungkinan adanya tuduhan kriminal di masa depan untuk melakukan perubahan besar di sektor perekonomian.

"Tapi kan lagi-lagi tak didorong. Semua ini masih dijalankan seolah dalam situasi normal. Padahal semuanya itu bagian dari perubahan yang mau dilakukan presiden dalam proses menghadapi situasi tidak normal akibat pandemi ini," ungkapnya.

"Saya tadinya berpikir kalau pak Jokowi mau lakukan lompatan 2021 mestinya Menkeu dievaluasi atas perannya di 2020 ini," tegasnya.

Faisol Riza mengingatkan, situasi Indonesia sekarang serba kekuarangan, terbatas, dan semua sedang mencari harapan. Lalu ada reshuffle kabinet yang diisi kekuatan pengusaha muda. Sebut ada nama Sandiaga Uno, M Luthfi, dan sekawan dengan Menteri BUMN Erick Thohir.

Sekalipun ini estafet yang tak terputus dari generasi kaya sebelumnya, tapi mereka lahir dalam mindset perkembangan ekonomi global saat ini. Crazy reach bukan berarti yang tak reach tak boleh masuk kabiet. Hanya memang usahanya untuk ke sana harus lebih besar dari mereka.

Tapi pertanyaannya, kata Riza, benarkah mereka dipilih pak Jokowi atau merekalah yang memaksa pak Jokowi untuk memilih. Dan kalau kita kembalikan ke pemilu 2019 kemarin, ada tiga kelompok pemilih dan pendukung pak Jokowi
Pertama kekuatan Parpol sebagai pengusung; Kedua relawan, yang saat ini banyak gigit jari; Dan ketiga para pengusaha, kecuali Sandiaga dan sebagian M. Luthfi.

Riza mengatakan, memang ada semacam kekuatan pengusaha baru yang sekarang tumbuh dan berusaha mengambil porsi kekuasaan. Entah itu untuk Pilpres 2024, entah untuk diri mereka, atau entah untuk bangsa kita.

"Sayang Anindia Bakrie tak masuk. Sebab mereka inilah elit-elit baru muda yang mungkin dalam 10 hingga 20 tahun mendatang akan mengisi kekuasaan, bisnis, ekonomi, dan politik kedepan. Nama-nama ini yang akan eksis," paparnya.

Terkait pertanyaan terbalik, bahwa Bukan Pak Jokowi yang memilih mereka, tapi mereka yang memaksa pak Jokowi memilih. Karena mungkin Pak Jokowi tak punya banyak pilihan dalam situasi covid seperti sekarang. Lalu berusaha cari jalan keluar dan memanfaatkan peluang sekecil apa pun.

KEYWORD :

Crazy Rich Faisol Riza Made Tony Supriatna Reshuffle Kabinet




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :