Rabu, 17/04/2024 03:30 WIB

Sebut Eri Armuji Unggul Debat, Djarot: Lawan Kita Pakai Strategi Devide Et Impera

Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa

Eri Cahyadi-Armuji diusung PDIP di Pilkada Kota Surabaya 9 Desember 2020

Surabaya, Jurnas.com - Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji, terus mendapat energi dukungan yang digalang PDI Perjuangan sebagai partai pengusung.

Bahkan pasca-debat calon kepala daerah Kota Surabaya, PDI Perjuangan menilai Eri Armuji semakin unggul, sehingga diyakini dapat menyatukan arah kemajuan Kota Surabaya yang melesat sejak Bambang DH, dan Tri Rismaharini-Wisnu.

“Debat tadi malam menunjukkan kualifikasi kepemimpinan Eri-Armuji, berhadapan dengan Mahfud Arifin yang lebih kedepankan retorika, namun tidak memahami persoalan tata kota, investasi, dan juga manajemen pemerintahan yang baik”, ujar salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Syaiful Hidayat.

Djarot mengatakan, pasangan Mahfud Arifin (MA) kurang begitu paham pemerintahan yang baik, sehingga memakai strategi memecah belah, termasuk mendekati Seno, anak almarhum Pak Sutjipto (mantan Sekjen dan pentolan PDIP).

"MA telah melakukan politik devide et empire ala kolonialisme Belanda. Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU, Muhammadiyah, dan PNI saat itu. Jadi rasanya kurang elok kalau tim MA menjalankan politik adu domba, termasuk apa yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditentang arek-arek Surabaya," papar Djarot.

DPP PDIP telah memecat Mat Mochtar, karena dianggap berprilaku kurang terpuji, serta tidak memiliki kesadaran berorganisasi dengan mematuhi kebijakan partai mengusung Eri Cahyadi-Armuji.

Djarot mengaku tahu persis, bagaimana Ketua Umum PDIP Ibu Megawati melakukan kontemplasi sebelum memutuskan untuk mengusung Eri-Armuji.

Bahkan sebulan sebelum Eri-Armudji diumumkan, Ibu Mega tidak mau terima tamu, termasuk Bu Risma. Hal ini dilakukan agar keputusan benar-benar jernih, tulus, untuk masa depan Kota Surabaya.

"Eri diputuskan sebagai calon karena kepemimpinannya. Eri adalah sosok muda, berprestasi di Surabaya. Dan sebagai seorang insinyur, mampu membuat perencanaan dan desain kemajuan bagi Surabaya untuk Indonesia dan dunia," papar Djarot.

Atas dasar itu, Djarot yang mantan Wali Kota Blitar menyebut, dukungan publuk Surabaya buat Eri-Armuji semakin kokoh dan solid. Bahkan dukungan itu semakin bertambah ketika Eri-Armuji dikepung, termasuk ketika lawan memiliki begitu banyak logistik dan dana.

“Eri semakin kuat justru karena gemblengan dan kepungan. Apa yang terjadi justru membuktikan bagaimana masyarakat Surabaya memiliki keberanian untuk memilih pemimpin muda yang jujur, berpengalaman,  dan visioner. Jadi ketika Surabaya dikepung, seperti halnya ketika Sekutu mengepung Surabaya, perlawanan rakyat untuk mendukung pemimpin yang baik akan semakin kuat," tuntas Djarot.

KEYWORD :

Eri Cahyadi-Armuji Pecah Belah Djarot Saiful Hidayat PDI Perjuangan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :