Kamis, 25/04/2024 09:25 WIB

Gus Mis: Sumbar Berubah Intoleran Setelah 10 Tahun Dipimpin PKS

Masyarakat Sumbar Berkarakter Terbuka, Kritis, dan Rajin Menuntut Ilmu

Zuhairi Misrawi, Ketua Bamusi sayap PDIP

Jakarta, Jurnas.com - Berbagai respons yang dilakukan kader-kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait pernyataan dan harapan Ketua DPP Bidang Politik PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani agar Sumbar semakin Pancasilais ditanggapi secara serius oleh Zuhairi Misrawi.

“Apa yang disampaikan Mbak Puan lebih dalam perspektif kekinian sekaligus harapan agar Pancasila benar-benar membumi dalam laku keseharian dan kehidupan berbangsa kita," ujar Zuhairi yang akrab disapa Gus Mis, Kamis (3/9/2020).

Menurut Gus Mis, Provinsi Sumatera Barat setelah 10 tahun dipimpin PKS memang berubah total. Banyak kader PKS yang memprovokasi masyarakat untuk menolak kepemimpinan Pak Jokowi. Padahal Presiden Jokowi adalah Presiden Indonesia yang menaruh perhatian besar terhadap kemajuan Sumatera Barat.

Alumnus Universitas Al Azhar Mesir dan cendekiawan Nahdlatul Ulama ini menilai, kepemimpinan PKS membuat Sumbar mengalami penurunan dalam semangat kehidupan berbangsa atas dasar Pancasila.

"10 tahun di bawah kepemimpinan PKS nampak tidak ada kemajuan fundamental. Fakta yang ada, intoleransi dan politik identitas berkembang di wilayah yang masyarakatnya dikenal terbuka tersebut," tambah Gus Mis.

Ia berharap agar berbagai gorengan politik ini hanya sebatas mau pilkada. Dimana ada ambisi dari PKS untuk mencoba bertahan di Sumatera Barat dengan cara tersebut.

PDIP sendiri, jelas Gus Mis, selalu diingatkan oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk memahami kepeloporan kaum cerdik pandai nan bijaksana yang kemudian menjadi pelopor kemerdekaan dan pahlawan bangsa.

Ada Moh Hatta, KH Agus Salim, Prof Muhammad Yamin, Hajjah Rangkayo Rasuna Said, Moh Natsir dan lain-lain.

"Kehadiran tokoh-tokoh berwawasan kebangsaan di tengah penjajahan, namun dengan kultur Islam yang berkemajuan tersebut menjadi daya pemicu generasi muda Sumatera Barat untuk ikut menjadi pelopor kemajuan bangsa, termasuk pelopor di dalam membumikan Pancasila," beber Gus Mis penuh semangat.

Terpisah, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sependapat dengan penilaian Gus Mis bahwa masyarakat Sumatera Barat memang terbuka.

"Menurut saya, tidak hanya perpandangan terbuka. Masyarakat Sumbar itu dikenal relijius, kritis, rajin menuntut ilmu, dan tradisi kebudayaan yang luar biasa. Lihat saja makanannya. Restoran Padang menjadi ikon makanan nasional Indonesia, bahkan diterima di seluruh penjuru Nusantara," ungkap Hasto.

Dengan diterimanya makanan Padang secara luas, lanjut Hasto, patut disyukuri dan menjadikan masyarakat Sumatera Barat juga terbuka bagi seluruh warga bangsa. Inilah hebatnya Indonesia. Pancasila menjadi pemersatu dan jiwa kepribadian bangsa.

Lebih jauh ia menyebut banyak tokoh PKS yang secara pribadi bersahabat dekat tokoh PKS seperti almarhum KH Yusuf Supendi, dan sekaligus tokoh muda nasional yang juga deklarator Partai Gelora, Fahri Hamzah.

Hasto pun menyampaikan bahwa PDIP memberi penghormatan tinggi kepada pahlawan bangsa termasuk asal Sumbar.

"PDI Perjuangan sangat menghormati para pahlawan bangsa, termasuk yang berasal dari Minang," tegas Hasto.

Menurutnya, menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia, kita semua melakukan otokritik terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

"Sudahkah Pancasila benar-benar menjadi jiwa kepribadian bangsa dan arah kemajuan bangsa Indonesia ke depan?" pungkas Hasto.

KEYWORD :

Provinsi Sumatera Barat Zuhairi Misrawi Intoleran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :