Sabtu, 20/04/2024 18:06 WIB

Situasi Laut Cina Selatan Memanas Jelang Pilpres AS

China Bangun Laut China Selatan/NYT

Washington, Jurnas.com - Ketegangan militer antara Amerika Serikat (AS) dan China terus membara. Kepala pertahanan AS berjanji tidak menyerahkan satu inci pun di Pasifik dan China mengatakan Washington mempertaruhkan nyawa tentara.

AS dan China berselisih tentang masalah teknologi dan hak asasi manusia hingga aktivitas militer China di Laut China Selatan yang disengketakan. Masing-masing menuduh satu sama lain melakukan perilaku provokatif yang disengaja.

Langkah terbaru AS melawan China menjelang Pilpres pada November, Washington pada Rabu (26/8) memasukkan 24 perusahaan China ke daftar hitam dan menargetkan individu atas konstruksi dan tindakan militer di jalur air Laut China Selatan yang sibuk.

Pada Kamis (27/8), sebuah kapal perang Angkatan Laut AS melakukan operasi rutin di dekat Kepulauan Paracel di Laut China Selatan, sesuatu yang sering dikritik oleh Beijing karena mengancam kedaulatannya.

Di Hawaii, Menteri Pertahanan AS, Mark Esper mengatakan bahwa Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa ingin Beijing memproyeksikan kekuatan secara global melalui militernya.

"Untuk memajukan agenda PKT, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) terus mengejar rencana modernisasi yang agresif untuk mencapai militer kelas dunia pada pertengahan abad ini," kata Esper.

"Ini pasti akan melibatkan perilaku provokatif PLA di Laut China Selatan dan Timur, dan di mana pun yang dianggap penting oleh pemerintah China untuk kepentingannya," tambahnya.

Namun, Esper mengatakan AS ingin terus bekerja dengan Republik Rakyat China agar mereka kembali ke jalur yang lebih selaras dengan tatanan berbasis aturan internasional.

Berbicara sebelum tur regional, Esper menggambarkan Indo-Pasifik sebagai episentrum persaingan kekuatan besar dengan China.

"Kami tidak akan menyerahkan wilayah ini, satu inci pun tanah ini istilahnya ke negara lain, negara lain manapun, yang berpikir bentuk pemerintahan mereka, pandangan mereka tentang hak asasi manusia, pandangan mereka tentang kedaulatan, pandangan mereka tentang kebebasan pers, kebebasan beragama, kebebasan berkumpul, semua hal itu, yang entah bagaimana itu dianggap lebih baik dari apa yang kita miliki," ujarnya.

Pemerintahan Presiden Donald Trump telah berulang kali mengecam China atas berbagai masalah termasuk penanganannya terhadap virus corona (COVID-19), tema umum selama Konvensi Nasional Partai Republik minggu ini.

Di Beijing, Kementerian Pertahanan China, membalas politisi AS tertentu yang dikatakan merusak hubungan militer China-AS menjelang pemilihan November untuk keuntungan egois mereka sendiri, bahkan berusaha menciptakan bentrokan militer.

"Perilaku semacam ini membahayakan nyawa perwira garis depan dan tentara di kedua sisi," kata juru bicara Kementerian Pertahanan China, Wu Qian kepada wartawan pada pertemuan bulanan pada hari Kamis.

Ia menambahkan, China tidak takut dengan provokasi dan tekanan dari AS dan akan dengan tegas membela diri dan tidak membiarkan Paman Sama menimbulkan masalah.

"Kami berharap pihak AS akan benar-benar mengadopsi visi strategis, memandang perkembangan China dengan sikap terbuka dan rasional, dan meninggalkan rawa kecemasan dan keterikatan," ujarnya.

Pejabat pertahanan AS mengatakan kepada Reuters pada Rabu (26/8),China telah meluncurkan empat rudal balistik jarak menengah yang menghantam Laut China Selatan antara Pulau Hainan dan Kepulauan Paracel.

Sehari kemudian, Pentagon mengatakan pihaknya prihatin dengan latihan militer China baru-baru ini, termasuk penembakan rudal. "Melakukan latihan militer atas wilayah sengketa di Laut China Selatan kontraproduktif untuk meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.

Ia menambahkan, militer AS sudah memberi tahu otoritas China pada bulan Juli bahwa mereka akan terus memantau situasi dengan harapan bahwa Republik Rakyat China (RRT) akan mengurangi militerisasi dan paksaan terhadap tetangganya di Laut China Selatan. (Reutes)

KEYWORD :

Laut Cina Selatan China Amerika Serikat Pilpres AS




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :