Sabtu, 20/04/2024 14:29 WIB

Mediterania Timur Tegang: Turki dan Yunani Gelar Latihan Militer Tandingan

Ketegangan kedua negara kembali memanas ketika Turki mengirim kapal penelitian Oruc Reis disertai dengan kapal perang ke perairan yang disengketakan pada 10 Agustus.

Kapal penelitian Turki, Oruc Reis, tengah, dikelilingi oleh kapal angkatan laut Turki di Mediterania timur, 10 Agustus 2020. (AP Photo)

Istanbul, Jurnas.com - Turki dan Yunani mengumumkan latihan militer tandingan di Mediterania timur pada Selasa (25/8) ketika Jerman bersiap untuk mengambil langkah lain dalam meredakan pertikaian sekutu NATO yang meningkat terkait gas alam.

Dilansir dari Arab News, penemuan endapan utama di perairan sekitar Siprus dan pulau Kreta Yunani telah memicu perebutan kekayaan energi dan menghidupkan kembali persaingan regional lama.

Ketegangan kedua negara kembali memanas ketika Turki mengirim kapal penelitian Oruc Reis disertai dengan kapal perang ke perairan yang disengketakan pada 10 Agustus. Tak mau kalah, Yunani dan sekutunya, Prancis juga mengirimkan aset angkatan laut mereka ke wilayah tersebut untuk memantau pekerjaan Turki.

Menteri Luar Negeri Uni Eropa mengadakan konferensi video darurat tentang krisis yang muncul ketika fregat Turki bertabrakan dengan kapal Yunani dalam keadaan yang disengketakan beberapa hari setelah misi Oruc Reis.

Sementara itu, Jerman telah memimpin upaya meredakan sengketa yang mengancam upaya negara-negara Uni Eropa untuk memanfaatkan sumber energi baru yang dapat mengurangi ketergantungan mereka pada negara-negara seperti Rusia.

Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas akan mengunjungi Athena dan Ankara pada Selasa untuk mencoba membuat pembicaraan antara kedua rival kembali ke jalurnya.

Akan tetapi, upaya itu tampaknya akan menemui hambatan ketika Athena dan Ankara mengumumkan rencana untuk melakukan latihan militer laut di wilayah yang sama di selatan Kreta pada Selasa (25/8).

Latihan Yunani tampaknya telah diumumkan sebagai tanggapan atas keputusan Turki untuk memperpanjang misi Oruc Reis empat hari ekstra hingga Kamis (27/8).

Kementerian Pertahanan Turki menanggapi dengan merencanakan pelatihan maritim untuk mempromosikan koordinasi dan interoperabilitas" di selatan Kreta pada waktu yang sama.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, kemungkinan akan memutuskan untuk menahan Oruc Reis di laut lebih lama lagi dan menuduh Yunani berperilaku dengan cara yang tidak sah dan manja".

"Turki tidak akan mundur sedikit pun dari aktivitas Oruc Reis atau elemen angkatan laut kami yang mengawalnya," kata Erdogan setelah memimpin rapat kabinet mingguan.

"Dengan sikapnya yang bertentangan dengan hukum internasional, niat baik dan hubungan bertetangga, Yunani telah melemparkan dirinya ke dalam kekacauan yang tidak dapat ditemukan jalan keluarnya," tambahnya.

Maas berencana untuk bertemu Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis sebelum terbang ke Ankara untuk melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Turki. Namun belum jelas, apakah Maas juga akan diterima oleh Erdogan.

"Kami menangani ketegangan di sana dengan sangat serius," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman kepada wartawan.

"Kami khawatir bahwa ketegangan dapat semakin membebani hubungan antara Turki dan UE dan eskalasi lebih lanjut dapat memiliki konsekuensi yang serius," sambungnya.

Jerman saat ini memegang jabatan presiden bergilir di Uni Eropa, dan juru bicara Kanselir Angela Merkel mengatakan, penting tetap berdialog dengan kedua belah pihak. "Tujuannya agar Yunani dan Turki dapat menyelesaikan masalah mereka satu sama lain secara langsung," katanya.

KEYWORD :

Mediterania Timur Turki Latihan Perang Yunani




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :