Kamis, 25/04/2024 14:04 WIB

Pengamat: PDIP Telah Tinggalkan Ideologinya

PDIP resmi mendeklarasikan petahana Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat pada Pilkada DKI 2017. Langkah PDIP ini dianggap mencerabut akarnya sendiri.

PDIP dinilai mencerabut akarnya sebagai partai wong cilik./foto:teropong

Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) secara resmi mendeklarasikan petahana Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat pada Pilkada DKI 2017. Langkah PDIP tersebut dianggap mencerabut akarnya sendiri sebagai partainya wong cilik.

"Bahwa praktik politik yang sebenarnya terjadi di Indonesia bukanlah terjemahan dari ideologi partai, tetapi lebih merupakan terjemahan dari pemodal yang menyatu dalam praktik-praktik oligarkis," ungkap Ubaidillah Badrun, Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), di Jakarta, Rabu (21/9).

Badrun beranggapan PDIP bisa dinilai telah meninggalkan idelogi partainya dan bergeser menjadi politik industri. Sebagai partai politik (parpol) yang lebih mendengarkan kepentingan pemodal dari pada aspirasi kader.

"Ahok sebagai etnis minoritas di DKI diberi ruang politik dan apresiasi untuk didukung menjadi calon gubernur DKI karena dinilai oleh PDIP sebagai gubernur yang memiliki prestasi," kata Badrun.

Badrun menilai, PDIP meyakini bahwa pasangan Ahok-Jarot adalah pasangan yang didukung PDIP sebelumnya sehingga tinggal melanjutkan dukungan. PDIP telah melakukan loby politik tingkat tinggi dengan pimpinan partai yang sebelumnya mendukung Ahok seperti Golkar, Hanura dan Nasdem.

Posisi PDIP, ungkap Badrun, telah diterima oleh ketiga partai tersebut sebagai pengusung utama pasangan Ahok-Jarot. Sehingga, PDIP memiliki hak politik lebih besar jika nantinya memenangkan pilkada DKI 2017 dibanding tiga partai lainya. "Ahok telah menyerah kepada PDIP untuk mengikuti apa maunya PDIP, yang penting PDIP mendukung Ahok," ujarnya.

Alotnya negosiasi antara Ahok dan PDIP, sempat menimbulkan konflik terbuka melalui media masa terkait `deparpolisasi` beberapa waktu lalu. Menyusul enggannya Ahok mengikuti sejumlah tes dan sekolah politik calon kepala daerah yang disediakan PDIP, ditambah lagi lambatnya PDIP mengambil keputusan, maka situasi ini memungkinkan munculnya tafsir bahwa antara PDIP dan Ahok telah terjadi "transaksi" besar.

"Tafsir tersebut muncul karena publik mengenal Ahok sebagai Gubernur yang memiliki hubungan dekat dengan para pemodal dan para petinggi militer," katanya. Jika tafsir ini benar terjadi,  Badrun menambahkan, maka PDIP telah meninggalkan idelogi partainya.[]

KEYWORD :

jurnas pdip ahok djarot pilkada dki pilgub dki 2017 petahana ideologi partai wong cilik uba




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :