Kamis, 25/04/2024 19:24 WIB

Edukasi Diversifikasi Pangan, Penyuluh Bantaeng Dampingi Petani Panen Ubi Jalar

Menyadari pentingnya menjaga ketahanan pangan dengan pemanfaatan potensi pangan lokal di Kabupaten Bantaeng, Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian melakukan pendampingan pada kegiatan panen ubi jalar.

Ubi jalar. (Foto: Google)

Bantaeng, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, petani harus bisa memanfaatkan kekayaan pangan lokal yang dimiliki Indonesia. Salah satu kekayaan sumber daya alamnya berupa ragam sumber hayati penghasil karbohidrat tinggi.

"Bila dibandingkan negara lain, kita perlu bersyukur karena Indonesia punya potensi sumberdaya alam yang melimpah. Di segala penjuru, terdapat tanaman pangan lokal yang tumbuh subur," ujar Syahrul.

"Masyarakat kita sangat bijaksana dan memiliki pengetahuan yang tinggi dalam memanfaatkan alam untuk kehidupan, menjaga kesuburan tanah, dan kelestarian lingkungan," sambungnya.

Menyadari pentingnya menjaga ketahanan pangan dengan pemanfaatan potensi pangan lokal di Kabupaten Bantaeng, Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian melakukan pendampingan pada kegiatan panen ubi jalar di wilayah kerja BPP Sinoa di Kelompok Tani Tumbua, Desa Bonto Maccini, Kecamatan Sinoa.

Ubi jalar yang ditanam terdiri dari ima varietas, di antaranya ubi jalar cilembu, ubi jalar Ungu, ubi jalar Batik, ubi jalar Putih dan ubi jalar Orange. Lahan yang dipanen seluas 0,25 hektare dari total luas tanam sebesar dua hektar. Rata-rata Produktivitasnya adalah sekitar 20 ton per hektare dengan kisaran harga jual Rp2.500-Rp3.000 per kg.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bantaeng, Rahmania, menjelaskan bahwa ubi jalar merupakan tanaman alternatif pangan di indonesia yang memiliki rasa yang enak, kandungan gizi tinggi, dan nilai jual yang menjanjikan.

Penyuluh pertanian yang mendampingi pelaksanaan panen, Bahtiar menyampaikan penyuluh pertanian senantiasa memotivasi dan mengedukasi petani untuk menanam ubi jalar sebagai salah satu pangan alternatif yang bergizi tinggi.

"Dampak positif diversifikasi pangan adalah konsumsi pangan masyarakat lebih beragam, selain itu petani akan menganekaragamkan usahataninya, pengolahan pangan lokal di pedesaan akan tumbuh berkembang, dan bisnis kuliner berbahan baku pangan lokal juga semakin banyak dan digemari," tutur Bahtiar.

Sementara Ketua Kelompok Tani Tumbua, Ramli mengungkapkan bahwa ubi jalar yang ditanam di kelompoknya memiliki nilai ekonomi yang sangat bagus karena per hektar bisa menghasikan antara Rp40-60 juta.

Sehari sebelumnya, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi juga kembali mengingatkan bahwa saat ini adalah momentum tepat bagi masyarakat Indonesia untuk kembali pada pangan lokal.

"Keragaman sumber hayati penghasil karbohidrat masih sangat berpotensi dikembangkan, terutama untuk menurunkan tingkat ketergantungan masyarakat pada komoditas beras dan menjaga ketahanan pangan," kata Dedi pada, Jumat (12/6).

"Kita memiliki banyak alternatif pangan lokal. Mulai dari umbi umbian, sayur sayuran hingga buah-buahan semuanya berlimpah," sambungnya. 

Lebih lanjut Dedi menambahkan, Kementerian Pertanian terus mendorong untuk pengembangan potensi sumber pangan lokal, dan mengajak masyarakat agar mengubah pola pikir, bahwa beras/nasi bukan satu-satunya sumber karbohidrat.

"Masih banyak sumber pangan lokal kita yang berlimpah seperti umbian, sukun, jagung, sagu dan lainnya yang nilai gizinya setara dengan beras. Dan itu dengan mudah kita bisa budidayakan," kata Dedi.

KEYWORD :

Diversifikasi Pangan Penyuluh Bantaeng Dedi Nursyamsi Ubi Jalar




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :