Kamis, 25/04/2024 05:53 WIB

Penyuluh dan Petani Merangin Pacu Keanekaragaman Pangan Lokal

Kebutuhan pangan selalu mengikuti tren jumlah penduduk dan dipengaruhi peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi masyarakat. 

Nasi jagung. (Foto: BPPSDMP)

Jakarta, Jurnas.com - Pemerintah Provinsi Jambi mulai mengurangi ketergantungan pada salah tanaman pangan, salah saatunya melakukan diversifikasi atau penganekaragaman pangan lokal.

Kebutuhan pangan selalu mengikuti tren jumlah penduduk dan dipengaruhi peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi masyarakat. Ini menunjukkan indikasi bahwa diversifikasi pangan sangat diperlukan untuk mendukung pemantapan swasembada pangan.

Dari kondisi ini, maka harus dapat dipenuhi dua hal, yaitu penyediaan bahan pangan dan diversifikasi olahan pangan. Salah satu sumber bahan pangan pengganti beras yang mempunyai potensi yang baik adalah jagung.

Di Provinsi Jambi khususnya kabupaten Merangin, produksi jagung melimpah. Potensi inilah yang dijadikan peluang oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Edelwies untuk menambah nilai dengan meningkatkan olahan pangan lokal yang berbahan dasar jagung menjadi marning.

Awalnya jagung hanya dikonsumsi biasa dan tidak mempunyai nilai tambah, kini dijadikan diversifikasi pangan yang berkelas dan bernilai tambah. Sebagai tanaman yang mudah ditanam dan diperoleh, jagung memiliki potensi sebagai ladang bisnis yang menjanjikan.

Ketua Kelompok Wanita Tani, Lokat Cantika menjelaskan, kelompoknya tertarik melirik usaha pangan alternatif karena selama ini jagung dilihat sebagai makanan orang tidak mampu, padahal jagung memiliki nilai gizi yang tinggi.

"Untuk sekali produksi dihasilkan 50 kg marning untuk dipasarkan ke Rimbo Bujang, Sarolangun, dan Bungo. Harga yang dijual per 1 kg adalah Rp40.000. Bahan baku jagung yang melimpah merupakan potensi desa yang bisa dimanfaatkan untuk pangan alternatif," jelas Lokat Cantika.

Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Batang Masumai dan Nalo Tantan, Armanto mengatakan KWT Edelwies beranggotakan 16 orang ibu-ibu petani yang disamping kegiatan hariannya juga melakukan kegiatan pengolahan hasil untuk dapat penghasilan tambahan di keluarganya.

"Kami bersama dengan teman-teman penyuluh lainnya terutama di Kabupaten Merangin ini tetap semangat berkarya walau harus dengan kondisi COVID-19 yang belum mereda," kata Armanto. 

"Manfaatkan lahan pekarangan yang ada, mulai dari diri sendiri dan keluarga serta dorong KWT agar berlomba-lomba memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan masyarakat sekitar. Selalu manfaatkan waktu dengan berkarya seefisien mungkin," tambahnya.

Seperti diketahui, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo dalam beberapa bulan belakangan selalu mengajak masayarakat untuk meningkatkan pemanfaatan setiap lahan untuk produksi sumber pangan.

"Bahkan di pekarangan rumah bisa ditanami tanaman pangan pengganti beras. Diversifikasi pangan agar masyarakat memiliki ketahanan pangan selain beras," kata Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menambahkan, salah satu upaya mencapai target ini adalah dengan melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah, provinsi dan pihak lain seperti startup.

"Penekanan pengolahan pangan lokal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah (value added) melalui kreatifitas usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan kelompok tani," ujar Dedi.

"Paradigma pertanian dulu yakni tanam-petik-jual, sekarang setelah dipetik harus diolah dahulu (pascapanen atau pengolahan pascapanen) harus diproses terlebih dahulu untuk meningkatkan nilai jual," sambungnya.

KEYWORD :

Provinsi Jambi Pangan Lokal Jagung Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :