Jum'at, 19/04/2024 05:40 WIB

Kostratani Kabupaten Manggarai Percepat Tanam Bawang Merah

Total lahan pengembangan kawasan bawang merah di Manggarai mencapai 86 hektare. 

Kelompok Tani Kala Rana Kelurahan Wangkung Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai melakukan percepatan tanam bawang merah. (Foto: BPPSDMP)

 

Manggarai, Jurnas.com - Masyarakat Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kini tidak lagi khawatir dengan ketersediaan bawang merah. Pasalnya, sebagian petani di Kabupaten Manggarai mulai semangat menjadi petani bawang merah.

Beberapa kelompok petani yang ada di Kelurahan Wangkung berhasil menanam, memanen dan menjual bawang merah dengan hasil yang maksimal. Keberhasilan itulah yang mengundang dan mempengaruhi antusias petani lainnya untuk beralih menanam bawang merah.

Percepatan tanam bawang merah pun di lakukan dengan sigap Kelompok Tani Kala Rana Kelurahan Wangkung Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai di luasan tanah 4 hektere dengan varietas local Reo.

Sebelum ditanam, tanah lebih dulu diolah seperti membuat genangan air yang memanjang dan saling berhubungan satu sama lainnya dan perataan tanah dan jarak dari tiap-tiap bawang untuk menanam.

Koordinator Badan Pelatihan Pertanian (BPP), Reok Agustinus R Gunardi mengatakan, total lahan pengembangan kawasan bawang merah di Manggarai mencapai 86 hektare.

Kementerian Pertanian (Kementan) mengimplementasikan program pengembangan kawasan bawang merah dalam rangka mewujudkan kedaulatan bawang merah. NTT merupakan  kawasan baru sentra bawang merah di Indonesia.

"Semua bawang merah organik, karena menggunakan pupuk kompos dan tidak menggunakan pestisida," jelas Agustinus.

"Saat ini fokus kami adalah memfasilitasi petani sebanyak mungkin agar melakukan cara budidaya yang sehat, seperti sekarang kami awali dengan olah lahan dan langsung tanam bawang merah organik," tambahnaya.

Pertanian organik adalah pertanian jangka panjang yang memiliki manfaat sangat besar, karena selain menyuburkan tanah dalam jangka panjang, hasil produksi akan memiliki kandungan residu kimia yang rendah sehingga orang-orang yang mengonsumsinya juga sehat.

Agustinus melanjutkan, saat ini masyarakat modern yang ada di  Provinsi Nusa Tenggara Timur khusunya menaruh minat besar pada komoditas pertanian berbasis organik.

"Para petani harus mampu memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan kesejahteraannya, dengan menerapkan budidaya pertanian modern, dengan penerapan teknologi bercocok tanam sistem organik dan kami selaku penyuluh tetap mengedukasi dan mendampingi petani" kata Agustinus.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo dalam beberapa kesempatan mengatakan, pertanian adalah salah satu sektor yang dituntut untuk tetap produktif di tengah pandemi COVID-19.

"Walau dalam kondisi pandemi Covid-19, pertanian don`t stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh bermasalah soal pangan. Setelah panen, segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang menganggur selama satu bulan," tegas Syahrul.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengapresiasi penyuluh pertanian bersama petani dalam upaya menjaga ketersediaan pangan di lapangan di tengah pandemi saat ini.

"Karena masalah pangan adalah masalah yang sangat utama, hidup matinya suatu bangsa. Pandemic COVID-19 tidak menghalangi semangat untuk berusaha tani, saat ini pertanian tidak boleh berhenti apapun yang terjadi," tutup Dedi.

Dari data Early Warning System (EWS) Kementerian Pertanian (Kementan), neraca kumulatif nasional bawang merah masih surplus meskipun memang masih banyak daerah yang minus. Kawasan produksi bawang merah skala besar memang belum merata di seluruh provinsi.

KEYWORD :

Nusa Tenggara Timur Bawang Merah Gerakan Tanam Bawang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :