Rabu, 24/04/2024 09:47 WIB

Antisipasi Kemarau, Penyuluh Swadaya Kawal Petani Takalar Percepat Tanam Padi

Penyuluh pertanian makin gencar mengawal petani melakukan percepatan tanam dengan memanfaatkan ketersediaan air di tengah ancaman musim kemarau.

Penyuluh swadaya mengaawal petani Takalar melakukan percepatan tanam. (Foto: BPPSDMP)

Takalar, Jurnas.com - Penyuluh pertanian makin gencar mengawal petani melakukan percepatan tanam dengan memanfaatkan ketersediaan air di tengah ancaman musim kemarau yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada Agustus 2020. 

Kelompok Tani (Poktan) Limbang Seppe, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan salah satu di antara Poktan yang melakukan percepatan tanam padi dengan bantuan alat mesin pertanian (Alsintan).

Penyuluh Pertanian Swadaya Limbang Seppe, Isra mengatakan, luas lahan yang dimiliki Poktan Limbang Seppe 25 hektare dalam satu hamparan dan semuanya merupakan sawah tadah hujan.

Ketersediaan air yang bersumber dari air hujan perlu disikapi dengan segera melakukan pengolahan tanah. Hal ini karena kondisi cuaca yang sulit diprediksi, khususnya saat musim hujan.

"Kami terus berusaha memberikan motivasi ke petani agar semangat dalam melakukan olah tanah dan olah tanam, apalagi ada prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) perihal adanya potensi kekeringan," ujar Isra.

"Kami sebagai penyuluh swadaya harus ikut berkontribusi dengan melakukan langkah-langkah antisipasi agar pangan bisa tetap tersedia dengan aman, salah satunya dengan mempercepat tanam," sambungnya.

Seorang petani dari Poktan Limbang Sippe, Daeng Tanganga menyampaikan berterima kasih kepada pemerintah yang telah memfasilitasi pupuk, benih bersubsidi dan semua sarana yang dibutuhkan, seperti mesin hand traktor dan air.

"Khusus mesin hand traktor, kami bisa sewa pada pemilik, tapi kalau air tidak tersedia, ini pasti menyulitkan kami. Makanya karena saat ini air masih tersedia dengan baik, kami segerakan pengolahan lahan," ujar Daeng.

Sepreti di tahun-tahun sebelumnya, pada musim tanam kedua, biasanya Daeng maupun petani lainnya di wilayah ini menanam dengan bantuan air hujan, dan hal ini kadang bertahan hingga memasuki bulan ke tiga.

"Jika musim kedua sudah tidak ada hujan, maka kami baru gunakan pompa air," ujar Daeng.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa dalam kondisi apapun termasuk saat dan pasca pandemi COVID-19, penyuluh dan petani harus bergerak bersama lakukan percepatan tanam.

"Kita harus gencarkan tanam padi, jagung dan kebutuhan pangan lainnya. Sehabis panen, langsung tanam lagi. Jika ini bisa kita akselerasi, krisis pangan tidak akan menyentuh Indonesia," kata Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi juga meminta kepada para penyuluh pertanian agar tetap bekerja mendampingi para petani.

"Penyuluh Pertanian harus aktif dan produktif mendampingi petani agar proses budidaya di lahan sampai masa panen berjalan dengan baik," kata Dedi.

"Jangan sampai ada komoditas pangan yang tertahan. Penyuluh harus memastikan petani tetap menanam, seandainya besok kiamat, maka hari ini harus tetap menanam," tegas Dedi.

KEYWORD :

Gerakan Tanam Padi Krisis Pangan Penyuluh Pertanian Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :