Kamis, 25/04/2024 01:34 WIB

Kementan Kukuhkan Dua Peneliti Utama Balitbangtan jadi Profesor Riset

Pengukuhan tersebut menambah jumlah Profesor Riset di Balitbangtan, Kementan menjadi 143 orang, sementara untuk tingkat nasional menjadi 548 orang.

Orasi Profesor Riset yang digelar oleh Majelis Profesor Riset Kementan di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Bogor pada Selasa (25/2).

Bogor, Jurnas.com - Majelis Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) mengukuhkan dua peneliti utama dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menjadi Profesor Riset. Kedunya adalah Sudarmaji di bidang hama dan penyakit tanaman serta Setyadjit di bidang teknologi pascapanen.

Pengukuhan tersebut menambah jumlah Profesor Riset di Balitbangtan, Kementan menjadi 143 orang, sementara untuk tingkat nasional menjadi 548 orang.

Saat ini Professor Riset yang masih aktif sebagai Pagawai Negeri Sipil (PNS) di Kementan berjumlah 44 orang dari 1.656 peneliti dan total 5.981 PNS di Balitbangtan, Kementan.

Sebelum dikukuhkan, dua Peneliti Utama tersebut melaksanakan Orasi Profesor Riset yang digelar oleh Majelis Profesor Riset Kementan di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Bogor pada Selasa (25/2).

Orasi profesor Riset yang dihadiri Menteri Pertanian (Mentan) Sahrul Yasin Limpo dan Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Litbang Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi, stakeholder penelitian dan pejabat daerah lainnya.

Sudarmaji berhasil mengembangkan inovasi teknologi pengendalian hama tikus sawah yaitu teknologi Linnear Trap Barrier System (LTBS) dan Trap Barrier System (LTBS) yang terbukti efektif menangkap tikus sawah dalam jumlah besar, secara terus menerus, tanpa menggunakan umpan dan tanpa efek jera.

Selain itu, Sudarmaji juga mengembangkan Konsep Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT). Penerapan PHTT di daerah endemik hama tikus dapat menurunkan kerusakan tanaman padi hingga 30% atau menyelamatkan hasil panen 2,1 ton per hektare.

Secara nasional penerapan PHTT berpotensi menyelamatkan hasil panen padi 4 juta ton setiap tahun setara Rp 18 triliun. Hasil penelitian Sudarmaji telah memberikan kontribusi besar secara nasional dan dapat diandalkan dalam upaya mengamankan produksi padi untuk ketahanan pangan nasional.

Sementara Setyadjit berhasil menemukan dan merakit beberapa inovasi teknologi penyeragaman kualitas, ekspose material, modifikasi lingkungan simpan untuk pemenuhan standar ekspor buah segar.

Setyadjit berkeyakinan teknologi ekspose material merupakan teknologi utama yang perlu dikembangkan secara massif khususnya untuk mendorong ekspor buah segar Indonesia.

Sedangkan untuk produk intermediate telah ditemukan inovasi teknologi formulasi, pasteurisasi dan fabrikasi yang perlu dikembangkan. Teknologi proses intermediate merupakan teknologi prospektif.

Penerapan teknologi proses pascapanen berpotensi mendulang devisa ekspor nilainya besar mencapai US$ 2.451 miliar buah segar; dan US$ 110 miliar buah intermediate.

Dari 21 juta produksi buah potensial ekspor baru 1 juta ton yang terekspor. Dengan menerapkan teknologi proses pascapanen standar ekspor maka arus barang ke konsumen luar negeri berjalan lancar, pencegahan over suplai dalam negeri dan penstabilan harga.

Menurut Setyadjit, selain kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta untuk merealisasikan potensi ekspor diperlukan usaha penyelesaian bottle neck yang ada yakni ekstrak nabati memerlukan vakum evaporator kapasitas besar, 1-MCP dan material nano teknologi memerlukan kapasitas besar untuk memproduksi wax coating memerlukan mitra yang berkomitmen tinggi.

KEYWORD :

Profesor Riset Sahrul Yasin Limpo dan Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :