Sabtu, 20/04/2024 09:48 WIB

Alpha Research Beberkan Kejanggalan Seputar Virus Corona

Pemerintah China tengah berupaya keras untuk mengatasi wabah ini termasuk bekerja sama dengan WHO.

Peneliti Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman

Jakarta, Jurnas.com - Peneliti Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman, membuat ulasan kritis terkait isu Virus Corona yang meramaikan jagat publik di seluruh dunia.

Berikut ulasan lengkap Ferdy Hasim yang diterima jurnas.com, Rabu (19/2/2020).

Kasus virus Corona sudah memasuki beberapa pekan dan masih jadi pemberitaan media nasional maupun internasional.

Di samping isu terkait kewaspadaan, pencegahan, dan upaya mengatasi wabah epidemi ini, kami ingin menyoroti kasus ini dari sisi lain yang mungkin selama ini belum terlalu banyak disorot publik, terutama dari aspek hubungan antara China dan Amerika di balik wabah ini.

Beberapa catatan yang bisa kami sampaikan antara lain ingin menegaskan bahwa ada sejumlah `keanehan` atau `kejanggalan` terutama jika kita kaitkan dengan kasus serupa yaitu saat terjadi wabah epidemi virus flu babi di Amerika Serikat tahun 2009 lalu.

Pertama, baru-baru ini sebuah artikel yang ditulis oleh seorang berdarah Amerika Italia yang sudah 20 tahun tinggal di China, Mario Cavolo muncul di media sosial berjudul "Ada Hal yang Tidak Benar di Sini."

Artikel yang dimuat di akun linkedin pribadi tersebut dan kini telah viral mengangkat isu menarik tentang perbandingan epidemi virus corona dengan pandemi virus flu babi H1N1 2009 di Amerika Serikat.

Dalam catatan Cavolo dari sisi korban, jumlah infeksi dan kematian yang disebabkan oleh epidemi flu HIN1 di Amerika Serikat sangat banyak. Setidaknya ada 300 ribu orang meninggal dan jutaan lain mengalami infeksi di seluruh dunia.

Jika dibandingkan dengan wabah Corona, tentu saja tidak bisa dibandingkan tetapi bagaimana respon dunia internasional terhadap Tiongkok hari ini sangat berbeda dengan reaksi dunia internasional terhadap AS pada waktu itu.

Saat ini China mengalami keterkucilan atau isolasi yang berimbas pada ekonominya karena reaksi dunia yang sangat berlebihan. Berbeda halnya saat epidemi terjadi di Amerika Serikat. Dengan kata lain, kelihatan ada upaya untuk benar-benar mendiskreditkan China dan itu dilakukan secara sistematis.

Kedua, dari sisi intelijen berlaku teori, siapa yang mengambil keuntungan dalam sebuah kasus, maka dialah yang paling berperan. Sekarang dunia internasional bisa menilai, siapa yang diuntungkan dari kasus Corona di China. Siapa yang bergembira?

Ketiga, atas kasus ini kita melihat bagaimana reaksi AS. Dia langsung menutup penerbangan dari dan ke China, menghentikan sementara barang-barang masuk dari China.

Amerika juga langsung menarik pulang warganya dari China yang diikuti oleh negara-negara lain. Padahal saat terjadi wabah di Amerika tahun 2009 lalu, pemerintah China bahkan tidak pernah mengisolasi Amerika atau menarik pulang warganya dari sana.

Ada spekulasi yang terlalu berlebihan bagaimana dunia memperlakukan China hari ini yang dimotori Amerika Serikat.

Keempat, saat negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, Inggris, Prancis, Indonesia, Pakistan, dan banyak negara lain secara langsung memberikan bantuan ke China, Amerika sebaliknya tak berbuat apa-apa.

Kelima, saat ini pemerintah China tengah berupaya keras untuk mengatasi wabah ini termasuk bekerja sama dengan WHO.

Pabrik masker bisa dibngun dalam jangka waktu singkat, rumah sakit yang dibangun dalam waktu singkat dan infrastruktur pendukung lain menunjukan keseriusan China dalam mengatasi wabah Corona ini.

Dengan kata lain, ada sejumlah `kejanggalan` jika kita amati kasus virus Corona di China saat ini. Terutama adanya reaksi yang sangat berlebihan yang jika kita bandingkan dengan kasus flu babi di AS tahun 2009.

Padahal sebenarnya kasus flu babi jauh lebih dahsyat tetapi tidak ada reaksi yang sangat berlebihan seperti dialami China saat ini.

KEYWORD :

Virus Corona Fku Babi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :