Kamis, 25/04/2024 17:23 WIB

Ini Sebab Polemik Pabrik Semen Berlarut

Lahan batuan kapur di Rembang, Jawa Tengah./foto:istimewa

Jakarta - Masyarakat Kendeng masih rentan sebagai korban pembangunan Pabrik Semen. Meski mereka bekerja, tapi dengan kesejahteraan yang tak lebih baik dari bertani.

Persoalan lingkungan masih menjadi keresahan masyarakat terkait pembangunan pabrik semen di wilayah Kendeng. Demikian diungkapkan Gunritno, Perwakilan Petani Pati, Jawa Tengah, dalam diskusi “Di Balik polemik Pembangunan Pabrik Semen” di Pasar Festival, Kuningan (7/8).

Menurut tokoh Sedulur Sikep itu, masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam pembangunan pabrik semen. Gunritno menilai aneh keluarnya Amdal pabrik semen yang hanya dalam kurun waktu dua tahun. Jika dibandingkan dengan Amdal PT Indocement yang dikeluarkan dalam waktu empat tahun.

"Kok arogan Semen Indonesia. Tuntutannya sederhana, ayo rembugan. Ada pihak ingin memperkeruh, seperti intimidasi warga. Mungkin bukan dari pabrik semen," ucap Gunritno.

Sementara itu, Agung Wiharto, Sekretaris Semen Indonesia yang hadir juga sebagai pembicara menuturkan bahwa keberadaan penambahan pabrik semen di Proyek tambang semen Watuputih di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah sangat diperlukan. Pihak Semen Indonesia, menruut Agung, sering melakukan mediasi dan diskusi, namun hingga kini belum menemui titik kesepakatan dengan warga.

“Saat ini negara membangun 30-35 persen pabrik semen untuk menandingi pabrik asing swasta,” ucap Agung.

Yaqut Kholil Qoumas, yang juga menjadi salah satu pembicara, berhalangan hadir. Namun Anggota Komisi VI DPR RI memberuikan pernyataannya. 

Menurut Yaqut, sumber persoalan sengkarut pabrik semen di Rembang adalah pada proses perijinan dan Amdal. Ada banyak kekhawatiran warga yang diwakili oleh Kartini Kendeng terhadap rusaknya lingkungan dan hilangnya sumber air yang diperlukan oleh sekitar 500 ribu warga Kabupaten Rembang di 14 kecamatan.

“Sumbangan Semen Indonesia kepada negara tentu besar dan kinerja perusahaan selama ini diketahui baik. Tapi lestarinya alam juga harus menjadi pertimbangan. Negara tidak boleh hanya mengambil keuntungan dari mengeruk negeri yang dilimpahi kekayaan alam yang melimpah ruah ini. Menjaga alam dan kelestarian lingkungan merupakan kewajiban negara yang tidak boleh ditinggalkan,” ujar Yaqut.

Menurut pria yang akrab disapa Gus Tutut ini sejalan dengan Agung Wiharto yang berharap ada lembaga independen yang tak berpihak yang membantu rencana pembangunan pabrik semen.

"Buat audit lingkungan yang independen atas keberadaan pabrik dan lokasi penambangan Semen Indonesia. Jika hasilnya aman bagi lingkungan, silahkan terus. Jika sebaliknya, harus dihentikan. Ini nampaknya tidak didengar,” ujar Gus Tutut.[]

KEYWORD :

pabrik semen gunung kendeng semen indonesia kartini kendeng




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :