Rabu, 24/04/2024 03:33 WIB

PKS: Indonesia Jangan Terperangkap Konflik

Indonesia menyimpan riwayat konflik SARA yang panjang dan tetap menjadi bahaya laten. Faktor kesenjangan sosial-ekonomi menjadi pemicu paling mendasar.

Jakarta - Kerukunan umat beragama di Indonesia kembali tercoreng. Pada penghujung bulan Juli 2016, terjadi konflik yang didasari Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA) di Tanjung Balai, Sumatra Utara melibatkan kelompok melayu-muslim melawan cina-budha.

Atas kejadian ini, Politikus Senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mahfudz Siddiq mendesak pemerintah segera lakukan dua hal; Pertama, menegakkan hukum terhadap semua pihak yang terlibat dan bertanggungjawab atas kasus tersebut; Kedua, melakukan langkah pencegahan meluasnya konflik ke derah lain.

"Konflik SARA di Tanjung Balai tidak boleh dianggap sepele. Ada potensi letupan konflik yang lebih besar dan luas. Jika itu terjadi maka bisa menjadi pintu kekacauan politik dan ekonomi baru di negeri ini," ujar Mahfudz dalam laporan tertulis yang diterima jurnas.com, Senin (1/8/2016).

Mahfudz menambahkan, konflik SARA saat ini menjadi tren dunia. Kekacauan politik di kawasan timur tengah yang melibatkan beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat telah memunculkan kekuatan teror baru yang menakutkan, yaitu ISIS. Buah dari rangkaian aksi teror yang terus berlanjut adalah menguatnya sentimen negatif terhadap agama Islam dan ummat Islam.

"Ini tercermin dari sikap politik kelompok ultra-nasionalis di beberapa negara Eropa, sikap politik Capres Amerika, Donald Trump, dan meningkatnya tekanan terhadap kelompok muslim di India dan Tiongkok adalah contoh nyata," tegasnya.

Anggota Komisi I DPR ini juga menyebut ada semacam cipta kondisi global untuk memosisikan Islam dan umat Islam sebagai musuh bersama. Dan pada saat yang sama ISIS dan unsur-unsur pendukungnya terus melakukan serangan terhadap siapa pun yang dianggap lawan.

Dalam konteks domestik, lanjut Mahfudz, isu terorisme makin menguat dan telah menggiring opini luas bahwa Islam (umat Islam) merupakan ancaman. Ruang demokrasi juga sedang mencuatkan posisi dan peran politik yang lebih besar kepada unsur minoritas.

"Sebut saja isu Pilkada DKI. Kontestasi Pilpres yang lalu pun sebenarnya tak lepas juga dari nuansa isu SARA. Makanya kita harus sadar bahwa Indonesia menyimpan riwayat konflik SARA yang panjang dan tetap menjadi bahaya laten. Dan ingat juga bahwa faktor kesenjangan sosial-ekonomi tetap menjadi pemicu paling mendasar," tegas Mahfudz.

KEYWORD :

PKS Konflik SARA Mahfudz Siddiq Tanjung Balai Melayu Muslim Cina Budha




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :