Ilustrasi media sosial
Jakarta, Jurnas.com - Berdasarkan data dari The Cybersmile Foundation, social beauty bullying telah menjadi permasalahan mainstream yang dialami lebih dari 45 juta perempuan di dunia.
Ironisnya, tindakan tersebut kerap kali datang dari sesama perempuan, baik dari keluarga, kerabat, rekan sekantor ataupun teman yang dapat mempengaruhi sisi psikologis dari perempuan tersebut.
Nuran Abdat, M.Psi, mengatakan dampak dari tindakan tersebut ternyata dapat mengganggu kondisi mental pelaku dan korbannya. Untuk itu, seseorang harus menghargai dirinya sendiri agar dapat menghargai orang lain
Lalu apa efek social beauty bullying: Berpengaruh pada citra diri, yang tadinya menurun otomatis, tidak ada ruang untuk berani membalas, ujungnya kena pengaruh stressor. Bahkan sampai ranah jadi depresi, isolasi dan percobaan suicide.
"Kebiasaan beauty bullying dengan kepuasan cara dia menilai dirinya sendiri. Hal itu bisa dialami sejak ia kecil bagaimana kehidupannya, kalau terbiasa di judge, jadi gimana caranya dia bisa menyalurkan ketidakpuasan," ucap Psikolog Klinis dari Brawijaya Healthcare ini di Jakarta, Senin (27/7).
WhatsApp Luncurkan Fitur Edit Pesan
Apa yang terjadi nyata, ternyata tidak kita sadari hak itu sampai ke dunia maya. Kita jadi semacam punya priviledge bisa bicara apapun di media sosial. Dan kebiasaan ini tidak ada hubungan dengan usia, latar belakang pendidikan. Soal pikiran dan kedewasaan.
"Siklus menjadi korban lalu jadi pelaku seperti lingkaran, karena pernah menjadi korban lalu akan mengulang. Hal seperti harus diputuskan, salah satunya ya dari diri kita, di keluarga kita melalui parenting," imbuhnya.
Menurut Nuran, cara mencegah dan menginddari dari serangan beauty bullying penting bagi kita memiliki bounderisk atau batas risiko saat kita berinteraksi di media sosial. "Pahami self care kita dulu yang kemudian berpengaruh pada self improvement, lalu ujungnya pencapaian diri," pungkas Nuran.
KEYWORD :Media Sosial Efek Negatif Beauty Bullying
