Kamis, 18/04/2024 15:56 WIB

Wagub Cok Ace: Yadnya Yang Suci harus dibangun dari Tiga Poin Penting

Bali memang terkenal dengan berbagai upacara, namun semakin berkembangnya jaman, banyak yang menyelenggarakan karya dewa yadnya atau pun manusa yadnya dengan jor-joran dan terkadang tidak masuk dalam esensi penting dari “wangun yadnya” itu sendiri.

Wagub Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati saat meghadiri Karya Balik Sumpah Madya, Ngenteg Linggih, Nyenuk, Mekebat Daun, Nangun Ayu lan Mupuk Pedagingan

Bali, Jurnas.com - Bali memang terkenal dengan berbagai upacara, namun semakin berkembangnya jaman, banyak yang menyelenggarakan karya dewa yadnya atau pun manusa yadnya dengan jor-joran dan terkadang tidak masuk dalam esensi penting dari “wangun yadnya” itu sendiri.

Untuk itu, jika masyarakat ingin melaksanakan suatu upacara atau menghaturkan yadnya maka harus berlandaskan pada tiga poin penting yaitu “Pikayun, Kemampuan dan Kepatutan”.

Demikian terungkap oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati saat meghadiri Karya Balik Sumpah Madya, Ngenteg Linggih, Nyenuk, Mekebat Daun, Nangun Ayu lan Mupuk Pedagingan Di Pura/Merajan Satria Pungakan I Dewa Peswahan Desa Pakraman Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Minggu (21/7).

Lebih lanjut, Wagub yang akrab disapa Cok Ace tersebut menyatakan bahwa, menyelenggarakan sebuah yadnya harus berlandaskan tiga poin tersebut.

"Jika karya tersebut sudah sesuai kepatutannya, dan juga didukung dengan adanya kemampuan namun tidak didukung dengan pikayun seluruh semeton, maka sama saja karya tersebut akan berjalan tanpa arti apapun, untuk itu ketiganya harus ada dan dijalankan dengan baik maka jadilah karya tersebut sebuah Yadnya Suci yang tulus ikhlas," ucap Wagub Cok Ace.

Disamping itu, Wagub Cok Ace juga menerangkan dalam sambramawacana singkatnya bahwa tujuan yadnya tersebut juga sebagai simbol untuk membayar hutang pada bhatara lelangit. Menurutnya manusia lahir kedunia sudah memiliki hutang, yaitu hutang pada leluhur, hutang pada orang tua, hutang pada guru pengajian dan hutang pada bhatara lelangit. Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk melaksanakan upacara seperti ini dengan gotong royong.

“Upacara ini juga sesuai dengan Visi Pemerintah Provinsi Bali yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali yaitu menjaga keseimbangan dari segi Sekala lan Niskala, untuk itu karya-karya seperti ini harus tetap dilaksanakan, dijaga dan dilestarikan,” pungkasnya seraya menandatangani Prasasti pembangunan merajan Satria Pungakan tersebut.

Sementara itu Ketua Panitia Acara Ngakan Nyoman Muliawan, mengucapkan terimakasih atas kehadiran Bapak Wagub yang sudah bersedia untuk menghadiri acara ini. Ia menyatakan bahwa merajan pasemetonan ini diempon oleh 45 kk. Untuk mendukung pelaksanakan karya ini maka masing-masing KK diminta medana punia sebanyak 3 juta rupiah.

Untuk itu, sesuai dengan arahan Bapak Wagub, maka pihaknya dengan seungguh-sungguh menghaturkan karya ini dengan tulus ikhlas hal itu tercermin dalam sikap gotong royong saat mengambil karya ini yang tidak berlebihan atau jor-joran. Selanjutnya terkait karya, ia menyatakan bahwa karya ini sudah dimulai sejak 4 juni 2019 lalu, sedangkan Puncak Karya jatuh pada Wraspati Umanis Dunggulan (Manis Galungan) Kamis (25/7) dan akan disineb pada Anggara Umanis Kuningan (30/7).

KEYWORD :

Info Bali Gubernur Bali Wayan Koster




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :