Rabu, 17/04/2024 06:28 WIB

"Kado" Kanker Nesofaring di Ulang Tahunnya ke-17

Ketika itu usianya beranjak 17 tahun. Namun, alih-alih merasakan sweet seventeenth, remaja pemilik nama lengkap Anisa Miftahul Jannah itu malah divonis kanker nesofaring.

Anisa Miftahul Jannah

Jakarta, Jurnas.com - Anisa masih ingat betul, empat tahun lalu sebuah kado pahit menghampirinya. Ketika itu usianya beranjak 17 tahun. Namun, alih-alih merasakan sweet seventeenth, remaja asal Pontianak, Kalimantan Barat tersebut malah divonis kanker nesofaring.

Anisa menuturkan dia pertama kali didiagnosis kanker nesofaring pada 2015 silam. Beruntung kala itu, kanker nesofaringnya belum memasuki stadium, karena lekas dibawa ke rumah sakit setelah menemukan sejumlah gejala.

“Gejala awalnya mimisan dan pilek selama satu bulan. Ada benjolan sebesar telur puyuh di leher saya. Dan karena dianggap pasien anak, saya dirujuk ke Rumah Sakit Kanker Dharmais,” tutur Anisa kepada Jurnas.com.

Anisa tak langsung terbang ke Jakarta. Dia sempat ingin berobat sembari melanjutkan studinya di SMA Negeri 2 Pontianak. Sebab, vonis dokter datang bersamaan dengan kenaikan kelas tiga.

Namun apa daya, tubuh Anisa tak mampu diajak berkompromi. Hari pertama masuk sekolah, dia sempat pingsan. Sekolah menawarinya untuk berobat, dan sebaiknya melanjutkan ke Paket C.

“Saya tolak, mending saya cuti aja. Saya tidak mau, saya sudah mati-matian sekolah dari TK sampai SMA, kenapa harus ada ijazah paket C. Saya harus berjuang lagi. Karena saya cuti juga bukan karena nakal, tapi sakit,” kata dia.

Selama berobat di RS Kanker Dharmais, Anisa mengaku tak merasa sedih, seperti umumnya penderita kanker. Padahal dia harus menjalani kemoterapi, dengan rincian 30 kali sinar luar, dan empat kali sinar dalam.

Stigma negatif soal kemoterapi pun dia buang jauh-jauh, mulai dari asumsi kemoterapi itu menyakitkan, hingga terancam mengalami kebotakan. Bagi dia, kanker mungkin penyakit yang mematikan, namun bukan berarti tidak bisa disembuhkan.

“Padahal kalau diimbangi dengan asupan, itu tidak akan berpengaruh. Dan (juga) harus kuat asupannya, karena kalau tidak diimbangi asupan, bakal ngedrop. Kalau ngedrop, nanti bakal disetop dulu kemoterapinya,” ujar Anisa.

Untuk tetap bertahan di tengah pengobatan, Anisa rupanya memiliki beberapa tips khusus. Pertama, mendekatkan diri kepada Tuhan. Jika sudah dekat dengan Tuhan, maka apapun yang terjadi, sudah pasti keputusan terbaik.

Kedua, semangat dari diri sendiri. Dia mengatakan, niat merupakan modal penting bagi penderita kanker untuk tetap bertahan dan berjuang untuk sembuh.

“Ketiga, faktor orang tua. Orang tua ini berperan penting. Mereka yang mendampingi saat pengobatan. Saat anak berada di posisi down atau sedih, peran orang tua sangat ditekankan,” ujar perempuan yang hobi menyanyi ini.

Keempat, lanjut Anisa, yakni dorongan dan dukungan teman dan orang terdekat. Dukungan yang diberikan orang terdekat menurut dia bisa menjadi energi tersendiri.

“Kelima, berobat jangan dicampur-campur. Ke medis aja. Karena sudah banyak orang yang berobat lewat jalur non-medis itu kebanyakan yang tadinya tidak apa-apa, berobat alternatif sebulan, tahu-tahu sudah parah dan meninggal. Kalau pengobatan, ikhtiar saja lewat dokter,” tandas dia.

KEYWORD :

Kanker Nesofaring Kisah Inspiratif




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :