Jum'at, 19/04/2024 18:40 WIB

Muhammadiyah Sesalkan Pernyataan Moeldoko Soal 30 Teroris Masuk Jakarta

Pemerintah harus arif dan bijaksana dalam menciptakan suasana yang lebih kondusif.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Busyro Muqqodas dalam sebuah kesempatan bertemu Ketua DPR

Jakarta, Jurnas.com - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyesalkan pernyataan Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Jend. TNI. (Purn.) Moeldoko bahwa sebanyak 30 terduga teroris terdeteksi masuk ke Jakarta menjelang sidang putusan sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK).

"Pernyataan ini terlalu berbahaya untuk disampaikan di ruang publik. Seharusnya pemerintah dapat lebih berhati-hati dalam menyampaikan informasi ke masyarakat," ujar Ketua bidang Hukum, HAM, dan Kebijakan Publik, PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, Rabu (27/6/2019).

Busyro berharap, dalam agenda politik seperti ini pemerintah harus arif dan bijaksana dalam menciptakan suasana yang lebih kondusif.

Sebagai Kepala KSP yang merupakan pejabat negara, lanjut Busyro, Moeldoko seharusnya tidak terburu-buru dalam membuat pernyataan publik terhadap isu sensitif tentang terorisme.

Bagi Busyro, Negara seharusnya dapat melakukan analisis terlebih dahulu terhadap informasi tersebut melalui institusi BIN dan aparat terkait, untuk dilakukan pencegahan.

"Tidak semestinya informasi semacam itu disampaikan kepada masyarakat dan mengganggu psikologis publik dalam suasana agenda politik saat ini," lanjutnya.

Bagi Busyro, pernyataan Moeldoko juga mencerminkan Negara gagal dalam mengevaluasi dan mencegah terjadinya terorisme dan kekerasan lainnya.

Stigma terorisme dan kekerasan, lanjut Busyro, selalu dilekatkan pada simbol-simbol Islam yang sudah mulai sejak era orde baru hingga era sekarang. Tahun 1971 dimulai oleh state terorism dengan label Jamaah Islam, Usroh, Komando Jihad.

"Sekarang dengan label-label Islam dan terduga pelaku yang selalu Islam. Dalam kurun waktu yang sudah terlalu panjang itu, apakah keberhasilan pemerintah dalam menangani terorisme. Akankan selalu melekatkan stigma terorisme pada kelompok muslim," ungkapnya.

Busyro juga meminta pemerintah dan negara lebih jujur terbuka menjelaskan akar masalah, agar stigmasasi terorisme terhadap kelompok muslim tidak menjadi teror psikologis kepada umat Islam.

Selain itu, pihaknya mendesak presiden untuk mampu mengendalikan jajarannya agar adil dan terbuka dalam mengevaluasi pernyataan-pernyataan publiknya, sambil melakukan koreksi bahwa problem sesungguhnya yang mendera masyarakat adalah dampak pemiskinan masif akibat korupsi politik yang melanda birokrasi negara. Ini sekaligus sebagai akar radikalisme dan konflik sosial.

"Hendaknya pemerintah semakin menyadari peran dan kontribusi umat Islam dalam proses-proses Pilkada dan Pemilu belakangan ini sebagai modal sosial yang otentik," ujar Busyro.

"Maka perlu semakin dilindungi hak-hak sosial politik ekonominya, dan dihindarkan dari kecenderungan sebagai komoditas politik musiman," tuntas Busyro Muqoddas, Ketua bidang Hukum, HAM, dan Kebijakan Publik, Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

KEYWORD :

Moeldoko PP Muhammadiyah Busyro Muqqodas




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :