Jum'at, 26/04/2024 03:35 WIB

Berbagai Cara Petani Siasati Kekeringan

Petani punya cara sendiri menyiasati agar padi yang mereka sudah tanam bisa tetap panen.

Beberapa wilayah sentra produksi pangan mulai menghadapi ancaman kekeringan dan gagal panen.

Jakarta, Jurnas.com - Beberapa wilayah sentra produksi pangan mulai menghadapi ancaman kekeringan dan gagal panen. Namun petani punya cara sendiri menyiasati agar padi yang mereka sudah tanam bisa tetap panen.

Misalnya Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Sejumlah petani membuat tempat penampungan air dari terpal di tengah sawah. Bahkan Pemerintah Kabupaten Indramayu telah mengeluarkan kebijakan pengelolaan gilir giring untuk distribusi air baku di saluran induk Cipelang, terutama pada saluran induk barat untuk musim gadu (MT II) tahun 2019. Kebijakan langkah 37 yakni 3 hari untuk BBT 14 ke hulu yang merupakan wilayah PSDA Cikedung, dan 7 hari BBT 14 ke hilir yang merupakan wilayah PSDA Losarang.
“Saya berharap petani yang berada di wilayah hulu tidak menggunakan pompa karena dapat mengurangi distribusi air,” katanya.

Sementara itu petani di Kabupaten Ngawi yang merupakan sentra padi di Jawa Timur menyiasati kekeringan dengan cara pompanisasi hingga melakukan pola tanam sistem salibu.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi, Marsudi mengatakan, sebagian besar sawah di Ngawi ada fasilitas irigasi, sehingga masih memungkinan tanam padi di musim kemarau (MK) tahun ini.
“Hanya saja, kami masih ada kendala karena waduk yang ada di Ngawi ini tak besar.  Apalagi sejak Ramadhan ketiga tahun ini sudah tak ada hujan. Jadi, kami prakirakan akan terjadi kemarau panjang nantinya,” papar Marsudi.

Seperti MK tahun-tahun sebelumnya, Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi sudah melakukan antisipasi agar petani tak gagal panen. Artinya, kalau memang daerahnya tak memungkinkan untuk ditanami padi (karena tak ada air,red) petani diimbau tak memaksakan untuk tanam padi. “Kalau tak ada air kami harapkan petani jangan memaksakan untuk tanam padi. Bisa saja tanam palawija, seperti jagung,” ujarnya.

Untuk petani yang berada di lereng Gunung Lawu, Marsudi mengingatkan agar menyesuaikan pola tanam di MK tahun ini.  Misalnya, petani di lereng Gunung Lawu untuk menanam jagung atau tanaman lainnya yang tahan terhadap kekeringan.

Menurut Marsudi, untuk sejumlah kecamatan yang masih ada sumber airnya tapi tak banyak bisa saja tetap tanam padi, dengan bantuan sumur pompa. Benih padi yang ditanam pun menggunakan varietas padi berumur genjah dan tahan kekeringan, seperti Inpari 38, Situpatenggang, Situbagendit dan varietas lokal lainnya yang tahan kekeringan.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Mandiri Kab Sukoharjo, Sukar mengatakan, menghadapi musim kemarau tahun ini petani dimohon mengelola sistem pola tanam yang tepat sesuai kondisi daerah masing-masing. Kebetulan lahan sawah petani di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari, Kab. Sukoharjo Jawa Tengah (Jateng), sudah ada fasilitas irigasi dan hanya sebagian yang tak mendapat aliran irigasi dari Waduk Gajah Mungkur.

Meski sebagian masih bisa tanam padi,  petani diharapkan menggunakan  bibit padi yang tahan kekeringan. Sebab, musim kemarau tahun ini diperkirakan lebih panjang dibanding tahun sebelumnya. “Kami meminta petani supaya memanfaatkan sumur pompa apabila air irigasi dari Waduk Gajah Mungkur sudah tak memungkinkan,” ujarnya.

Sementara itu Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Edy Purnawan menilai, perubahan iklim ekstrim yang menyebabkan musim kemarau lebih panjang, dapat menjadi suatu peluang pada daerah cekungan yang memiliki air tanah dangkal. Pada daerah tersebut dapat diusahakan komoditas pangan dan sayuran.

Contohnya pada Kelompok Tani Tanurejo Desa Sidodadi, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Dengan membuat sumur bor/suntik pada kedalaman 20 m sudah diperoleh air untuk mengairi areal sawah/ kebun di desa tersebut. Ditunjang dengan tanah yang subur serta kemauan para petani, maka dapat dilakukan budidaya berbagai komoditas tanaman.

Salah satu alternatif budidaya tanaman yang diharapkan dapat berpotensi meningkatkan produksi tanaman dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan adalah mengoptimalkan penggunaan lahan kering. Selain karena memang tersedia cukup luas, sebagian dari lahan kering belum diusahakan secara optimal sehingga memungkinkan peluang dalam pengembangannya.

Karena itu perubahan iklim pada pertanian bisa menjadi peluang. Bahkan daerah-daerah potensial bisa mengambil manfaat besar. “Dengan pengamatan yang jeli dan keseriusan untuk menangkap peluang, keuntungan justru diperoleh ketika terjadi perubahan iklim ekstrim,” kata Edy.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Kekeringan Panen




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :