Sabtu, 20/04/2024 23:34 WIB

Eks FBI Tuding Rusia Selalu Ikut Campur dalam Pemilihan AS

Robert Anderson dan Stephanie Douglas, keduanya mantan agen dengan cabang keamanan nasional biro itu, muncul di sebuah komite intelijen DPR untuk berbicara tentang temuan-temuan penyelidikan Rusia Departemen Kehakiman.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (Foto: Reuters)

Jakarta, Jurnas.com - Dua mantan pejabat FBI memperingatkan Kongres pada Rabu (12/06) bahwa Rusia ikut campur dalam pemilihan Amerika Serikat sebelum 2016 dan akan terus mencoba dalam pemilihan mendatang.

Robert Anderson dan Stephanie Douglas, keduanya mantan agen dengan cabang keamanan nasional biro itu, muncul di sebuah komite intelijen DPR untuk berbicara tentang temuan-temuan penyelidikan Rusia Departemen Kehakiman.

"Mereka tidak akan pergi. Aku bisa jamin mereka masih di sini melihat pemilihan presiden berikutnya dan mencari tahu bagaimana mereka masih bisa menyerangnya," ujar Anderson dikutip UPI.

Investigasi Departemen Kehakiman, yang diambil alih oleh penasihat khusus Robert Mueller pada Mei 2017, menetapkan bahwa intelijen Rusia berusaha untuk ikut campur dalam pemilihan presiden 2016 melalui peretasan dan penyebaran informasi yang salah di media sosial.

Douglas mengatakan laporan Mueller menunjukkan pemerintah Rusia berusaha menjangkau beberapa kontak dalam kampanye Trump untuk membangun saluran komunikasi. Penyelidikan akhirnya menunjukkan tidak ada bukti kolusi antara kampanye dan campur tangan.

"Mereka mencari peluang dan mereka ingin menjalin hubungan," kata Douglas.

"Ini adalah kendaraan klasik mutlak Rusia dan dinas intelijen Rusia," tambah Anderson. "Mereka tidak akan pernah memiliki satu titik kegagalan."

"Jika mereka mencari untuk mendapatkan atau meneruskan informasi atau bahkan berpotensi mempengaruhi informasi, mereka akan memastikan bahwa mereka memiliki banyak aspek atau poin di mana mereka dapat mencoba untuk menyelesaikannya," tambahnya.

Ketua Komite Rep. Adam Schiff, D-Calif., mencatat bahwa laporan Mueller mengatakan ada lebih dari 100 titik kontak antara Rusia dan tim Presiden Donald Trump.

Sidang tersebut mengikuti yang lain pada penyelidikan Rusia Senin, di mana anggota parlemen mencari informasi lebih lanjut tentang laporan tersebut oleh penasihat khusus Robert Mueller.

Laporan itu menyimpulkan pada bulan Maret bahwa tidak ada cukup bukti untuk menunjukkan kolusi antara kampanye Presiden Donald Trump dan campur tangan Rusia selama kampanye 2016.

KEYWORD :

Eks FBI Rusia Pemilihan AS




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :