Selasa, 16/04/2024 23:30 WIB

China Kecam Tekanan Ekstrem AS terhadap Iran

China dan Iran memiliki ikatan energi yang erat.

Presiden Donald Trump (L) dan Presiden China Xi Jinping (R) (Foto: Reuters)

Beijing, Jurnas.com - Presiden China, Xi Jinping menyatakan keprihatinannya atas memanasnya Timur Tengah karena tekanan ekstrem Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dan mendesak semua pihak untuk menahan diri.

Dalam kunjungan ke Rusia, Rabu (5/6), Xi juga menekankan pentingnya kesepakatan nuklir multinasional antara Iran dan negara adidaya untuk perdamaian dan stabilitas regional dan menyerukan penerapan kebijakan itu secara penuh.

Ketegangan antara Washington dan Teheran memanas beberapa pekan terakhir, setahun setelah pemerintahan Presiden AS, Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Iran.

Trump juga memberlakukan kembali sanksi tahun lalu dan memperketatnya pada awal bulan lalu, dengan memerintahkan semua negara untuk menghentikan impor minyak Iran.

Hubungan kedua negara makin memanas, saat pasangan Melania mengisyaratkan konfrontasi militer, dengan mengirim pasukan tambahan ke wilayah itu untuk melawan ancaman Iran.

Xi mengatakan kepada kantor berita TASS dan surat kabar Rossiyskaya Gazeta bahwa karena "tekanan ekstrem" yang diterapkan Washington terhadap Teheran dan sanksi-sanksi sepihak, ketegangan terus meningkat di Timur Tengah.

"Perkembangan situasi mengkhawatirkan," kata Xi, menurut transkrip yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri China sebelum kedatangannya di Rusia.

Soal kesepakatan nuklir, Xi mengatakan posisi Beijing dan Moskow mengenai masalah ini sangat selaras, dan keduanya berharap semua pihak terkait tetap rasional dan menahan diri, meningkatkan dialog dan konsultasi serta menurunkan suhu pada situasi saat ini.

China, yang sedang perang dagang dengan AS, juga geram atas ancaman Washington terhadap negara dan perusahaan yang melanggar sanksi AS jika mengimpor minyak Iran.

Xi tidak secara langsung membahas masalah sanksi minyak, tetapi mengatakan, "China akan terus secara tegas melindungi hak dan kepentingannya sendiri yang sah.

Selama kunjungan 5-7 Juni ke Rusia, Xi dijadwalkan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dan berbicara di forum investor utama di St Petersburg.

Pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri China Zhang Hanhui mengatakan kepada wartawan, Beijing dan Moskow memiliki konsensus luas dan kepentingan bersama dalam perang perdagangan yang telah mengguncang rantai pasokan global dan pasar keuangan.

"China dan Rusia tentu akan memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan, termasuk kerja sama di berbagai bidang seperti investasi ekonomi dan perdagangan," kata Zhang.

"Kami tentu akan menanggapi berbagai tantangan eksternal, melakukan apa yang harus kami lakukan, mengembangkan ekonomi kami, dan terus-menerus meningkatkan standar hidup kedua bangsa kami."

KEYWORD :

China Amerika Serikat Rusia Timur Tengah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :