Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah saat luncurkan Buku Berjudul Mengapa Indonesia Belum Sejahtera
Jakarta - Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2019 antara Pemilihan Legislatif (Pileg) dengan Pilpres dinilai berdampak buruk yang tidak terprediksi. Salah satunya adalah pada kualitas anggota legislatif.
Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah mengatakan, efek buruk ini tidak pernah diperkirakan sebelumnya bahwa ternyata keinginan sementara kalangan untuk menyederhanakan waktu pileg dan pilpres itu, lalu menyebabkan pertama biaya tidak berkurang.
"Efek buruknya adalah Pileg yang tidak relevan, karena semua fokus tertuju pada pilpres," kata Fahri.
Menangi Pilpres Turki, Fahri Hamzah Ingin Presiden Indonesia Terpilih di 2024 Mirip Erdogan
Karena kurangnya perhatian terhadap Pileg, kata Fahri, maka anggota legislatif yang lolos nanti, terpilih melalui proses yang kurang selektif.
"Padahal pemilihan anggota legislatif sama pentingnya dengan pilpres. Presiden sebagai pelaksana pembangunan dan anggota legislatif sebagai pengawas pemerintahan itu, sama-sama peting. Tapi karena dipilihnya berbarengan, akhirnya saya kira tidak mendapat perhatian," cetus inisiator Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) itu.
Oleh karena itu, Fahri mengatakan bahwa sistem pemilu legislatif dan piplres dalam waktu yang bersamaan harus dikoreksi. Dan, agar pemilihan anggota legislatif dapat lebih berkualitas maka ia mengusulkan agar pemilihannya dilakukan melalui model distrik.
"Saya usulkan sebaiknya anggota DPR dipilih dengan metode sistem distrik, supaya dapilnya mengecil dan intensitas dia bertemu dengan konstituennya semakin kuat, Itu yang menyebabkan anggota DPR mengakar di dapilnya," pungkas anggota DPR RI dari dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.
Pemilu 2019 Anggota DPR Fahri Hamzah