Rabu, 24/04/2024 23:55 WIB

Iran Desak Irak Usir Pasukan AS

Rouhani memuji sikap bersama Iran dan Irak tentang masalah-masalah regional utama.

Rouhani (kanan) berbicara selama konferensi pers dengan Abdul Mahdi di Teheran (Foto: Reuters)

Teherana, Jurnas.com - Perdana Menteri Irak, Adel Abdul Mahdi telah mengunjungi Teheran untuk bertemu dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani. Pertemuan kedua pemimpin ini menandai kedalaman hubungan antara kedua tetangga.

Pada konferensi pers bersama pada Sabtu (6/4), Rouhani memuji sikap bersama Iran dan Irak tentang masalah-masalah regional utama.

"Kami memiliki sudut pandang yang sama tentang Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibukota permanen Palestina, Golan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Suriah dan bahwa perang di Yaman harus segera selesai serta solusi krisis Yaman harus menjadi politik," ujar Rouhani.

Rouhani menambahkan bahwa kedua negara menyepakati perlunya perdamaian dan stabilitas di seluruh wilayah.

Abdul Mahdi menggemakan komentar presiden Iran, menambahkan bahwa kerjasama ekonomi dan keamanan juga dibahas dalam pertemuan mereka.

"Kami ingin melihat hubungan kami yang berkembang baik, hubungan bilateral, untuk menjadi contoh untuk diikuti dan juga sebagai pendahulu untuk yang serupa dengan semua negara-negara regional," katanya.

Kunjungan perdana menteri Irak ke ibukota Iran mengikuti perjalanan Rouhani ke Baghdad kurang dari sebulan yang lalu.

Koresponden Al Jazeera Dorsa Jabbari mengatakan kedua belah pihak telah membuat "keuntungan yang sangat kuat" dalam beberapa tahun terakhir.

"Perdana menteri Irak mengatakan bahwa menurut konstitusi Irak, tanah Irak tidak akan diizinkan untuk digunakan oleh pasukan asing atau pejuang untuk melancarkan serangan terhadap Iran," katanya, berbicara dari Baghdad.

Menurut TV pemerintah Iran, Rouhani pada Sabtu menyerukan kedua negara untuk memperluas transaksi gas dan listrik mereka dan meningkatkan perdagangan bilateral menjadi USD20 miliar, meskipun kesulitan akibat sanksi yang dikenakan Amerika Serikat terhadap Teheran.

"Rencana mengekspor listrik dan gas dan semoga minyak terus berlanjut dan kami siap untuk memperluas kontak ini tidak hanya untuk kedua negara tetapi juga untuk negara-negara lain di kawasan ini," kata Rouhani.

Presiden AS Donald Trump memberlakukan kembali sanksi terhadap ekspor energi Iran pada November atas program nuklirnya dan campur tangan di Timur Tengah. Setelah itu, ia memberikan keringanan kepada beberapa eksportir memenuhi kebutuhan energi konsumen.

Irak sangat bergantung pada gas Iran untuk mensuplai pembangkit listriknya, mengimpor sekitar 1,5 miliar kaki kubik standar per hari melalui jaringan pipa di selatan dan timur.

Sementara itu, pemimpin puncak Iran Ayatollah Ali Khamenei mendesak Abdul Mahdi untuk memastikan pasukan AS pergi sesegera mungkin di wilayahnya.

"Anda harus memastikan, AS menarik pasukan mereka dari Irak sesegera mungkin karena mengusir mereka menjadi sulit setiap kali mereka memiliki kehadiran militer yang lama di suatu negara," kata Khamenei, menurut media pemerintah Iran.

KEYWORD :

Irak Iran Timur Tengah Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :