Rabu, 17/04/2024 01:34 WIB

Ethiopia Pastikan Kru Ethiopian Airlines Ikuti Prosedur Pabrikan

David Learmount, editor konsultan untuk Penerbangan Global, mengatakan kepada Al Jazeera, tidak jelas apa yang memicu moncong pesawat tersebut menurun. Namun, ia memasikan semua kru pewat sudah melakukannya sesuai prosedur pabrikan.

Pesawat Boeing 737 MAX (Foto: FT)

Ethiopia, Jurnas.com - Menteri Transportasi Ethiopia, Dagmawit Moges mengungkapkan bahwa awak pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh bulan lalu berulang kali mengikuti prosedur yang direkomendasikan Boeing, tetapi tidak mendapatkan kembali kendali pesawat itu.

Pernyataan Moges itu disampaikan dalam konferensi pers untuk mengungkapkan hasil penyelidikan awal kecelakaan pesawat yang menewaskan semua 157 orang di dalamnya.

"Para kru melakukan semua prosedur berulang kali yang disediakan oleh pabrikan tetapi tidak dapat mengendalikan pesawat," kata Dagmawit, mengutip data dari perekam Boeing 737 MAX 8, Kamis (4/3).

"Otoritas penerbangan harus memverifikasi bahwa peninjauan sistem kontrol penerbangan pesawat telah ditangani secara memadai dari pabrikan sebelum melepaskan," desak laporan itu.

Dagmawit tidak secara khusus meyinggung sistem anti-stalling otomatis yang disebut salah satu penyebab kecelakaan pesawat itu. Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) dirancang secara otomatis menurunkan moncong pesawat jika terjadi masalah.

David Learmount, editor konsultan untuk Penerbangan Global, mengatakan kepada Al Jazeera, tidak jelas apa yang memicu moncong pesawat tersebut menurun. Namun, ia memasikan semua kru pewat sudah melakukannya sesuai prosedur pabrikan.

"Tetapi setelah melakukan itu, mereka kemudian menemukan bahwa salah satu sistem kontrol yang mereka miliki untuk menarik moncong pesawat kembali tidak bekerja," katanya di London.

Boeing 737 MAX  itu jatuh pada 10 Maret tak lama setelah lepas landas dari ibukota Ethiopia, Addis Ababa. Itu adalah kecelakaan kedua 737 MAX 8 dalam waktu lima bulan, setelah kecelakaan Lion Air di Indonesia pada Oktober tahun lalu.

Menyusul kecelakaan terakhir, pesawat jet Max harus beristirahat sementara waktu sembari menunggu perbaikan perangkat lunak yang sedang diluncurkan Boeing, yang belum menerima persetujuan dari Administrasi Penerbangan Federal (FAA) dan regulator lainnya.

Learmount mengatakan kecelakaan itu "sangat berbahaya" bagi reputasi Boeing. "Boeing salah satu merek terkuat di dunia dan telah lama menghasilkan banyak pesawat luar biasa - baik militer maupun sipil," katanya.

"Jadi Boeing harus benar-benar bekerja ekstra untuk memulihkan kepercayaan publik. Kalau tidak, maka nasibnya akan berakhir seperti kanker," sambungnya.

Dagmawit tidak memberikan perincian tentang apa yang terjadi di kokpit selama menit-menit akhir yang menentukan, tetapi mengatakan, lepas landas tampak sangat normal dan semua kru memiliki kualifikasi mengoperasikan pesawat itu.

Kepala biro investigasi kecelakaan, Amdiye Ayalew, mengatakan penyelidikan penuh akan memakan waktu enam bulan hingga satu tahun, tetapi tidak ada tanda-tanda kerusakan benda asing pada pesawat. "Dalam satu tahun ini kita akan menganalisis apakah ada masalah lain pada pesawat ini," katanya.

KEYWORD :

Kecelakaan Udara Boeing 737 MAX Ethiopian Airlines




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :