Sabtu, 20/04/2024 07:52 WIB

Bulog Punya Kewajiban Stabilisasi Harga Gabah

Pada masa panen ini, Bulog menyerap gabah dan beras petani untuk menjaga harga gabah di tingkat petani tidak jatuh di bawah HPP. 

Petani sedang menutupi gabahnya (Foto: Istimewa)

Jakarta, Jurnas.com - Adalah tugas Perum Bulog membuat harga gabah atau beras menjadi stabil. Demikian ditegaskan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyusul perkembangan harga gabah yang mengalami penurunan pada beberapa wilayah di tanah air.

“Jika harga beras atau gabah di tingkat petani turun, Bulog membeli dari petani sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Sebaliknya, ketika harga beras naik, Bulog melakukan operasi pasar. Caranya, menjual stok yang dimiliki Bulog kepada masyarakat sesuai dengan harga acuan, “ ujar JK yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Bulog, dalam silaturahmi kebangsaan di Kota Makassar (31/3) kemarin.

JK menambahkan, menjaga stabilitas harga beras sangat penting, mengingat sebagian besar pengeluaran rutin masyarakat untuk belanja makanan.

“Sebanyak 60 persen (pengeluaran, Red) untuk makan. Karena itulah, ongkos hidupnya bakal naik. Sebaliknya, harga beras atau gabah tidak bisa begitu saja diturunkan. Sebab, bila harga beras atau gabah diturunkan, akan timbul masalah di kalangan petani. Di situlah fungsi Bulog (Badan Urusan Logistik, Red),” tambah JK.

Perhatian terhadap kesejahteraan petani kembali mengemuka, menyusul laporan BPS terkini yang menyebut harga gabah kering panen pada periode Maret 2019 turun, dan menyebabkan harga beras di penggilingan mengalami penurunan harga.

Imbasnya Nilai Tukar Petani turun, lantaran kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang di konsumsi rumah tangga.

Ketua Umum Pengurus Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siraj mengamini apa yang disampaikan JK. Menurutnya pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) sudah melaksanakan fungsinya memompa angka produksi hasil pertanian.

“Kalau sudah jadi beras kemudian diangkut ke pasar, sudah bukan ranahnya Kementerian Pertanian. Apalagi soal harga,” ucap Said Aqil saat berbicara di Rakernas dan Konsolidasi Tani Nelayan Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) PBNU Se-Indonesia di Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Senin (1/4).

Namun begitu kesejahteraan petani tetaplah bagian dari tanggung jawab Kementan. Sehingga Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman tak tinggal diam. Menyikapi anjloknya harga gabah, Amran menyerukan larangan transaksi gabah yang tidak sesuai dengan keputusan presiden (keppres).

“Pada regulasi tersebut, harga terendah gabah adalah Rp 4.070 per kg,” kata Amran.

Bulog Fokus Serap Gabah Petani

Sementara itu, Kepala Bagian Humas dan Kelembagaan Bulog Firmansyah mengatakan, tahun ini Bulog menargetkan menyerap 1,8 juta ton gabah dan beras dari petani. Sampai kemarin (31/3), jumlah serapan baru mencapai 60 ribu ton. Meski masih jauh dari target, pihaknya optimistis akan tercapai.

“Nanti pas panen raya pasti akan meningkat. Tugas Bulog menyerap dengan maksimal hasil panen petani sesuai Inpres 5/2015,” ungkapnya.

Pada masa panen ini, Bulog menyerap gabah dan beras petani untuk menjaga harga gabah di tingkat petani tidak jatuh di bawah HPP.

Membaca Trend Angka NTP

Sementara itu, menanggapi rilis data NTP BPS per Maret 2019 Mentan Amran Sulaiman mengingatkan nilai tukar petani dan nilai tukar usaha pertanian tidak bisa dibaca dari perubahan setiap bulannya, melainkan per tahun.

"Terkadang ada orang membaca per bulan. Sedangkan pertanian terutama pangan bersifat musiman, sehingga berfluktuasi antar bulan. Semestinya analisisnya dalam kurun waktu panjang sehingga bisa menggambarkan kondisi pertanian secara utuh,” kata Amran di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Senin, 1 April 2019.

Analisis dalam kurun waktu pendek, tambah Amran, bisa menjadi keliru. Karena bisa jadi bulan ini petani dianggap tidak sejahtera karena NTP dan NTUP turun, dan bulan depan berubah drastis menjadi sejahtera karena NTP dan NTUP naik.

Sebaliknya, Amran menjelaskan hasil analisa dalam kurun waktu yang panjang terlihat kesejahteraan petani semakin baik.

Hal ini terekam dalam data BPS, yakni NTUP tahun 2017 sebesar 111,77 poin naik 5,39 persen dari 2014 sebesar 106,05 poin dan NTP 102,25 poin naik 0,97 persen dibandingkan 2014 sebesar 102,03 poin.

Masih menggunakan data BPS, Amran menjelaskan jumlah penduduk miskin di perdesaan yang mayoritas merupakan petani pada Maret 2018 mencapai sebesar 15,81 juta jiwa. Turun 10,88 persen jika dibandingkan pada bulan Maret 2013 yang berjumlah 17,74 juta jiwa.

Bahan makanan juga dikenal telah memberi andil terbesar dalam menyumbang inflasi. Amran melanjutkan, kenyataannya sektor pertanian juga mampu menjaga inflasi terkendali.

Terbukti, data BPS menunjukkan inflasi bahan makanan tetap rendah, yaitu tahun 2017 sebesar 1,26 persen. Jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2014 sebesar 10,57 persen.

“Ini kan menjadi prestasi spektakuler yang belum pernah terjadi selama ini. "Ini menunjukkan perubahan sangat signifikan di sektor pertanian," tutupnya.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Perum Bulog Harga Gabah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :