Kamis, 25/04/2024 05:50 WIB

UEA Bikin Ulah Lagi, Qatar Surati Badan Atom

Qatar mengatakan bahwa gelombang radioaktif dari pembuangan yang tidak disengaja dapat mencapai ibukotanya dalam lima hingga 13 jam

Pembangkit listrik tenaga nuklir Barakah diperkirakan akan mulai beroperasi pada tahun 2020 (Foto: Arun Girija / AP Photo)

Doha, Jurnas.com - Pemerintah Qatar mengatakan, pembangkit nuklir yang sedang dibangun di UEA merupakan ancaman serius bagi stabilitas regional dan lingkungan.

Dalam sebuah surat kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dilihat oleh kantor berita Reuters pada Rabu, Qatar juga memanggil organisasi yang berbasis di Wina untuk membuat kerangka kerja untuk keamanan nuklir di Teluk.

Hubungan antara Qatar dan tetangganya sudah tegang setelah UEA, Arab Saudi, Mesir dan Bahrain memutuskan hubungan diplomatik, perdagangan dan transportasi dengan pemerintah di Doha pada Juni 2017.

Konflik itu muncul atas tuduhan bahwa Qatar mendukung "terorisme", sebuah tuduhan yang negara membantah.

Dalam suratnya, Qatar mengatakan bahwa gelombang radioaktif dari pembuangan yang tidak disengaja dapat mencapai ibukotanya dalam lima hingga 13 jam dan kebocoran radiasi akan berdampak buruk pada pasokan air di kawasan itu karena ketergantungannya pada instalasi desalinasi.

Pembangkit listrik tenaga nuklir Barakah yang diperebutkan terletak di emirat Abu Dhabi.

"Qatar percaya bahwa kurangnya kerjasama internasional dengan negara-negara tetangga mengenai perencanaan bencana, kesehatan dan keselamatan dan perlindungan lingkungan menimbulkan ancaman serius bagi stabilitas kawasan dan lingkungannya," kata surat dari kementerian urusan luar negeri Qatar kepada Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano.

Qatar juga mengatakan, teknologinya relatif belum teruji karena hanya ada satu reaktor komersial jenis ini yang beroperasi, di Korea Selatan.

UAE mengatakan pada Rabu (20/3) bahwa program energi nuklirnya sesuai dengan standar IAEA dan praktik terbaik internasional.

"Uni Emirat Arab mematuhi komitmennya pada standar tertinggi keselamatan, keamanan, dan non-proliferasi nuklir," kata Hamad al-Kaabi, perwakilan tetap UEA untuk IAEA, dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.

Ia menambahkan bahwa pabrik Barakah, yang semula dijadwalkan akan online pada 2017, sekarang diharapkan akan mulai beroperasi pada 2020.

Qatar mengatakan kekhawatiran regional tentang keamanan nuklir akan diperkuat ketika program nuklir sipil Arab Saudi diluncurkan.

Kerajaan itu sedang mempertimbangkan untuk membangun 17,6 gigawatt (GW) kapasitas nuklir pada tahun 2032, setara dengan sekitar 17 reaktor, menjadikannya salah satu proyek terbesar secara global.

KEYWORD :

Uni Emirat Arab Pembangkit Nuklir Qatar




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :